Mohon tunggu...
Rusdiansyah Hutagalung Si Sajak Dungu
Rusdiansyah Hutagalung Si Sajak Dungu Mohon Tunggu... lainnya -

Aku hanya seorang pendidik yang kuanggap masih sedikit mengganjal, namun walaupun begitu aku berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam mendidik kehidupan anak bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Surat Hati untuk Kina

27 April 2010   14:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:33 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ketika malam menjemput hadirnya rembulan

bintang terlihat sepi menghiasin langit malam

saat hujan diwaktu senja membasahi bumi

lantunan suara katak ramai menghiasi telaga itu

namun suara jangkrik tiada tampak ditelinga ku

hati ini berbisik saat benak membayang wajah nya

dia seorang gadis yang tampak manja dibinar hati ini

mungkinkah peraduan ini bisa menjalin bersama nya

sedangkan dia masih menutup pintu hati nya untuk ku

Kina,

sapa ku penuh kelembutan untuknya

dia mahasiwa ditempat ku mengais rezeki

bincang penuh canda selalu kami utarakan bersama

senyuman dan lirik matanya membuat ku jatuh hati kepadanya

Kina,

cinta ini selalu sepi dalam hidup ku

bawalah aku kedalam relung hati mu

dimana cahaya kasih hati itu untuk ku

hanya kamu yang aku nanti dihati ini

disaat pintu hati itu terbuka untuk ku

biarlah aku yang berharap dihati ini

hingga pedang cinta ini kembali bersinar

cinta bisu ku menabur kristal-kristal dihati ini

tiada yang tertawan meluapkan rasa rindu dihati ini

Kina,

ingatkah waktu kita bermanja di pantai itu

menikmati pancaram sinar dikala senja menghampiri

hati ini merasakan getaran yang tak perna dirasakan sebelumnya

dimana angin dan gelombang tenang dipantai itu melarutkan kita dalam canda

walau hanya sejenak getaran rasa dihati ini di pantai itu

aku selalu bermimpi kedatangan mu dengan membawa sapu tanga kasih yang kau berikan

membasuh segala sepi hidup ini dikala malam ku nikmati dan fajar yang selalu ku kejar

Kina,

walau hanya ukiran hati ini yang ku beri

semoga kau mengerti akan gundah ku selama ini

telah ku rajut benang sutra nan jambu menghiasi hati kita

tebing-tebing tinggi telah ku daki tuk meraih bunga-bunga keabadian cinta kita

resah ku menunggu jawaban mu kian pasti

dikala kau baca surat hati lugu ku tuk meraih cinta mu

ungkapkanlah dikala fajar nanti saat kita terbangun dari tidur

aku hanya bisa menerima segala apa yang kau putuskan atas pertalian ini

salam imaji ku dipenghujung mimpi akan keutuhan cinta bertabur secawan altar istana dungu ku

Banda Aceh, 26 April 2010

Rusdiansyah Hutagalung "Si Sajak Dungu"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun