Dari yang membingungkan hingga brilian, penulis yang luar biasa gila telah melukis pemandangan surealis dengan kata-kata, layaknya seniman yang bekerja dengan cat.Â
Surealisme dalam fiksi telah menjadi medium bagi para penulis untuk menantang batasan realitas, menciptakan dunia di mana mimpi dan kenyataan bercampur menjadi satu. Dengan menyisipkan elemen-elemen yang tampak mustahil, penulis tidak hanya mengundang pembaca untuk menjelajahi imajinasi liar mereka, tetapi juga menggali makna terdalam tentang kehidupan, masyarakat, dan pikiran manusia.Â
Dalam banyak karya, surealisme hadir sebagai jembatan antara logika dan absurditas, yang kemudian menghasilkan pengalaman membaca yang unik.
Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan surealisme dalam fiksi, dan bagaimana kita bisa memahaminya?
Surealisme adalah sebuah aliran seni dan sastra yang muncul pada awal abad ke-20, yang ditandai dengan eksplorasi pikiran bawah sadar, mimpi, dan dunia yang absurd.Â
Istilah "surealisme" pertama kali diperkenalkan oleh Guillaume Apollinaire, seorang penyair Prancis, tetapi gerakan ini secara resmi dimulai oleh Andr Breton melalui manifesto yang diterbitkannya pada tahun 1924.Â
Dalam manifestonya, Breton mendefinisikan surealisme sebagai "otomatisme psikis murni", yaitu cara untuk mengekspresikan pikiran tanpa kendali rasional, yang bertujuan untuk menggali fungsi sejati pikiran tanpa campur tangan logika atau norma sosial.
Dalam karyanya, Breton seringkali menggunakan elemen-elemen di luar nalar, seperti mimpi, untuk menggambarkan dunia yang sulit dijangkau oleh penalaran biasa.Â
Surealisme tidak hanya terbatas pada karya sastra, tetapi juga merambah dunia seni visual dan teater, di mana para seniman menciptakan gambar dan pertunjukan yang mengganggu persepsi kita terhadap realitas.Â
Meskipun gerakan ini dimulai di dunia seni, pengaruhnya sangat kuat dalam sastra sehingga kemudian membentuk cara kita melihat dunia melalui lensa yang lebih bebas dan penuh imajinasi.
Dalam fiksi, surealisme sering menghadirkan elemen-elemen yang tampaknya tidak masuk akal, seperti alur cerita yang melompat tanpa peringatan, pergeseran waktu dan ruang, serta karakter yang melanggar batasan logis.Â
Salah satu contoh awal yang terkenal adalah karya Franz Kafka, The Metamorphosis (1915), tentang kisah bermula seorang pria bernama Gregor Samsa yang tiba-tiba terbangun sebagai seekor serangga raksasa.Â
Elemen sureal dalam cerita ini tidak hanya terletak pada transformasi fisik Gregor menjadi serangga, tetapi juga pada bagaimana dunia di sekitarnya bereaksi terhadap perubahan tersebut.Â
Dalam dunia yang tampak biasa saja, perubahan besar yang dialami Gregor diterima oleh keluarganya dengan cara yang sangat tidak wajar. Alih-alih menunjukkan keterkejutan atau ketakutan yang seharusnya, keluarganya lebih sibuk memikirkan bagaimana mereka akan melanjutkan hidup tanpa dukungan finansial dari Gregor. Ini menciptakan kontras yang tajam antara situasi fantastis dengan respons yang datar dan dingin.
Selain itu, Kafka menggambarkan lingkungan fisik dan emosional Gregor dengan cara yang mengintensifkan keanehan. Kamar tempat Gregor terkurung menjadi metafora penjara, baik secara harfiah maupun psikologis. Keterasingannya dari keluarganya mencerminkan isolasi yang sering dialami manusia modern dalam masyarakat.Â
Elemen-elemen ini, yang tampaknya melampaui logika tapi tetap menyentuh aspek realitas, adalah inti dari surealisme dalam karya ini. Melalui penggunaan metafora dan simbolisme yang kuat, Kafka menunjukkan bagaimana ketidaklogisan kehidupan sehari-hari dapat diubah menjadi pengalaman yang menggugah emosi dan pikiran.
Salah satu novel luar negeri lainnya yang juga sangat terkenal dengan elemen surealisme adalah One Hundred Years of Solitude (1967) karya Gabriel Garca Mrquez.Â
Novel ini sering dianggap sebagai mahakarya realisme magis, yang memiliki banyak kesamaan dengan surealisme. Cerita ini mengisahkan tujuh generasi keluarga Buenda di kota fiktif Macondo.Â
Dalam novel ini, realitas bercampur dengan hal-hal yang fantastis, seperti hujan bunga kuning, wanita yang naik ke langit, dan hantu yang hidup berdampingan dengan manusia. Semua elemen tersebut digambarkan dengan cara yang begitu alami sehingga pembaca terjebak dalam suasana yang sureal tetapi tetap terhubung dengan tema-tema besar seperti cinta, kesepian, dan sejarah kolonialisme.
Salah satu contoh paling menarik dalam One Hundred Years of Solitude adalah kisah Remedios the Beauty, yang digambarkan sebagai wanita yang begitu cantik hingga akhirnya "diangkat" ke surga dalam keadaan hidup.Â
Peristiwa ini tidak dijelaskan secara logis, melainkan diterima sebagai bagian dari dunia cerita yang menolak batas-batas rasional. Melalui gambaran ini, Mrquez menyentuh tema-tema seperti keindahan, transendensi, dan kehilangan, sekaligus menantang pembaca untuk menerima hal-hal di luar batas pemikiran sebagai bagian dari kehidupan.
Di Indonesia, surealisme dalam fiksi mulai mendapatkan perhatian melalui karya-karya, semisal penulis seperti Danarto dan Seno Gumira Ajidarma---dan yang lainnya, tentu saja, tetapi untuk tulisan ini, contohnya dua penulis tersebut. Danarto, misalnya, dikenal dengan kumpulan cerpen Godlob (1987) yang menghadirkan paduan realitas dan mitologi.Â
Dalam cerpen "Adam Ma'rifat," Danarto menggambarkan perjalanan spiritual yang penuh dengan simbolisme dan visi sureal. Cerpen ini menceritakan tokoh utama yang mengalami perjalanan mistis, yaitu batas antara dunia nyata dan alam gaib menjadi kabur.Â
Dalam ceritanya, Danarto menggunakan tokoh-tokoh mitologis, simbol keagamaan, dan peristiwa yang melampaui logika. Sebagai contoh, perjalanan tokoh utama digambarkan melalui pertemuan dengan sosok-sosok yang merepresentasikan nilai-nilai moral dan spiritual.Â
Elemen sureal semakin terasa ketika tokoh utama mengalami peristiwa seperti melihat cahaya yang berbicara, bertemu dengan malaikat yang bernyanyi, atau melintasi dimensi waktu yang membawa makna filosofis mendalam. Danarto menggunakan narasi sureal ini untuk menggambarkan pencarian makna hidup dan hubungan manusia dengan Tuhan.
Seno Gumira Ajidarma juga menyisipkan elemen surealisme dalam karyanya, seperti dalam cerpen "Manusia Kamar". Cerpen tersebut menceritakan karakter utama yang hidup terkurung dalam kamar yang seolah-olah menjadi dunia tersendiri. Kamar tersebut bukan hanya ruang fisik, tetapi juga metafora untuk keterasingan dan konflik batin yang dialami oleh tokoh.Â
Dalam cerpen ini, dinding kamar bak berbicara dan menjadi saksi bisu dari pergulatan batin sang tokoh utama yang merasa terasing dari dunia luar. Kehidupan di dalam kamar ini diwarnai oleh peristiwa-peristiwa yang tidak dapat dijelaskan secara logis, seperti suara-suara aneh yang muncul tanpa sumber, bayangan yang bergerak sendiri, dan waktu yang terasa berhenti.Â
Surealisme dalam cerpen ini tidak hanya menghadirkan keabsurdan, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan isolasi manusia modern yang terperangkap dalam ruang batin mereka sendiri. Kamar tersebut menjadi cermin dari jiwa yang terkungkung oleh ketakutan, kesepian, dan ketidakpastian, dan akhirnya membuat pembaca mempertanyakan makna kebebasan dan keterasingan.
Memahami surealisme dalam fiksi membutuhkan keterbukaan pikiran dan kemampuan untuk menerima bentuk keabsurdan sebagai bagian dari cerita. Alih-alih mencari logika atau alasan di balik setiap peristiwa, pembaca diajak untuk merasakan emosi dan makna apa yang tersembunyi di balik lapisan-lapisan simbolisme.Â
Sebagai contoh, The Metamorphosis bukanlah tentang transformasi fisik semata, melainkan refleksi dari alienasi dan tekanan sosial yang dialami oleh karakter utama.Â
Dalam karya Danarto, elemen sureal sering digunakan untuk menggambarkan perjalanan spiritual atau konflik batin yang sulit dijelaskan secara rasional. Sementara itu, dalam One Hundred Years of Solitude, Â surealisme berfungsi untuk mengeksplorasi hubungan antara manusia, sejarah, dan takdir.
Surealisme mengajarkan kita bahwa tidak semua hal dalam hidup dapat dijelaskan dengan logika. Kadang-kadang, mimpi, imajinasi, dan hal-hal tidak logis justru menjadi cara terbaik untuk menggambarkan kompleksitas kehidupan. Dengan memahami ini, kita dapat menikmati karya-karya surealis dengan lebih menghargai cara penulis mengungkapkan pandangan mereka tentang dunia.
Jadi, apakah Anda siap untuk menjelajahi dunia surealisme? Mulailah dengan membuka pikiran dan biarkan diri Anda terhanyut dalam keindahan absurditas yang ditawarkan oleh para penulis surealis, baik dari dalam maupun luar negeri.
---
Shyants Eleftheria, Freedoom of Thought
Tulisan disusun berdasarkan informasi umum dan pemahaman tentang surealisme dari karya-karya yang terkenal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI