Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kapan Lagi Kesempatan Ini Datang

6 Oktober 2024   17:24 Diperbarui: 6 Oktober 2024   19:55 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wawancara terhadap pencari kerja| sumber gambar pixabay

"Perkenalkan, saya Bu Iren." Seorang perempuan empat puluhan tahun, berpakaian rapi, berkacamata, bertugas mewawancaraiku di ruang kerjanya.

"Saya sudah baca resumemu. Kamu lulusan hukum dari perguruan tinggi bonafit, pernah jadi manajer pemasaran di pusat kebugaran? Resumemu jauh berbeda dari kandidat yang biasa kami cari, tapi ini menarik. Saya yakin kamu tahu apa yang harus kamu lakukan."

Aku mengangguk. "Ya, Bu. Saya sangat paham dengan bidang saya."

"Menjadi paralegal hukum di sini adalah pijakan awal untuk karier di bidang hukum ke depan. Pendapatan di atas rata-rata, tentu. Tunjangan juga lebih dari cukup. Dan jika kamu mampu bekerja dengan baik, kami bisa membantu menyesuaikan dengan gelar sarjanamu. Bahkan, kalau beruntung, mungkin kami bisa memfasilitasimu ke jenjang yang lebih tinggi."

Tiba-tiba, pintu ruang wawancara diketuk. Pintu terbuka. Seorang pria masuk. Ah! Wajah itu. Aku masih ingat jelas. Sial, dia!

Bu Iren kemudian meminta pria itu untuk mengambil alih evaluasi penilaian lanjutan terhadapku sebab dia memiliki jadwal wawancara lain yang menunggu.

"Selamat siang, saya Edward," ucap pria itu dengan nada canggung. Tangannya terulur untuk bersalaman. "Ayo, ikuti saya."

Tanpa banyak bicara, aku mengikutinya keluar ruangan. Masih ada jejak amarah yang berdenyut di kepalaku yang harus kutahan.

"Saya akan membawamu ke ruang tunggu. Tapi, sebelumnya, kita ke ruangan saya dulu sebentar?"

Aku menatapnya tajam, tapi akhirnya setuju. Kami berjalan menuju ruangannya.

"Baik, namamu Baskara, bukan? Saya tidak tahu kamulah yang akan diwawancara hari ini." Suaranya datar, bahkan menurun. "Saya cuma mau minta maaf, tentang malam kemarin. Saya yakin kamu masih ingat wajah saya. Saya mabuk di pesta bujangan teman. Dan saya, saya sangat, sangat minta maaf kalau ada hal yang saya katakan atau lakukan yang tidak pantas."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun