Apa yang sebenarnya disampaikan oleh platform-platform media sosial kepada kita? Platform media sosial, seperti Facebook, Instagram, dan lainnya, bahkan platform pencari kerja seperti LinkedIn, misalnya, telah mengungkapkan banyak hal tentang prestasi, jabatan, latar belakang pendidikan, dan jumlah koneksi yang dimiliki seseorang.
Foto-foto dari tempat-tempat keren yang seseorang kunjungi sering kali menjadi sorotan---terkadang individu tersebut terlihat berada di latar depan secara tidak proporsional. Ini mungkin mencerminkan tingkat narsisme seseorang, namun lebih dari itu, hal-hal tersebut hanya memberikan sedikit gambaran tentang siapa sebenarnya orang yang kita hadapi.
Kita, sebagai masyarakat, terobsesi dengan status, prestasi, dan pekerjaan---bukan dengan siapa mereka sebagai manusia atau karakter mereka. Hal ini mencerminkan nilai-nilai yang kita anut.
Keterikatan kita pada pencapaian menimbulkan pertanyaan penting: Apakah kita sudah berhenti mengenali nilai bawaan seseorang dan hanya memandang diri kita sebagai produk dari pencapaian?
Jika ya, bagaimana dampaknya terhadap perilaku dan kehidupan kita?
Sebagai manusia, nilai kita bukan hanya tentang apa yang kita capai, tetapi sifat kemanusiaan bawaan kita yang menjadikan kita berharga.
Sayangnya, masyarakat sering kali melakukan dehumanisasi terhadap mereka yang tidak memenuhi standar pencapaian, melabeli mereka sebagai "pecundang" atau "kaum gagal."
Nilai kemanusiaan seseorang seolah-olah tidak lagi didasarkan pada kemanusiaan itu sendiri, melainkan pada seberapa baik seseorang memenuhi ekspektasi masyarakat.
Menjadi manusia saja tampaknya tidak lagi cukup. Kita harus mencapai sesuatu, menyesuaikan diri, dan menunjukkan kepada orang lain bahwa kita telah melakukannya.
Pada akhirnya, kita mulai memandang satu sama lain bukan sebagai manusia, melainkan sebagai "produk dari perbuatan manusia." Nilai kita tidak lagi bersandar pada keberadaan kita sebagai manusia, tetapi pada apa yang kita capai atau seberapa baik kita menyesuaikan diri dengan ekspektasi lingkungan.