Dari kamar, terdengar suara Johan merintih dan mengerang. Johan tahu bahwa Ambarwati seharusnya datang malam itu, tetapi kini jelas, wanita itu tidak akan bisa datang, dan Martinah tidak peduli. Martinah lebih suka membiarkan Johan menderita seperti itu.
Sementara Ambarwati tergelepar tak bernyawa  dengan mulut menganga karena berusaha mati-matian untuk bernapas, Martinah justru menyeringai. Semuanya berjalan sesuai rencananya.
Martinah mengambil bungkusan kue gandum yang belum sempat diiris dan membawanya keluar melalui pintu belakang. Sebelum pergi, ia berhati-hati membersihkan setiap sisi kenop pintu untuk memastikan tak ada jejak yang tertinggal kendati sarung tangannya tidak pernah terlepas.
Namun, Martinah ternyata telah melupakan satu detail kecil yang bahkan bisa menjadi barang bukti keberadaannya di rumah itu: Pesan terakhir yang ia kirimkan ke ponsel Ambarwati.
---
Shyants Eleftheria, Osce te Ipsum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H