Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kebodohan yang Dirayakan

22 September 2024   09:12 Diperbarui: 22 September 2024   09:30 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa menit berlalu, tidak ada bunyi halaman buku yang dibuka; tidak ada diskusi tentang bahasa; tidak ada perdebatan tentang tugas sekolah; yang terdengar justru bisikan lirih dan tawa kecil. Mata Pak Darmaji menyipit. Keningnya berkerut. Dia bangkit, berjalan perlahan ke arah kedua pelajar itu berada.

Ketika mencapai sudut rak, Pak Darmaji melihat sesuatu yang membuat darahnya mendidih. Alih-alih sedang mencari buku dan belajar, kedua pelajar itu berdiri di sudut ruangan, tersembunyi dari pandangan, berpelukan mesra, bercumbu, dan berdesah-desah manja, tanpa sedikit pun memedulikan tempat di mana mereka berada, seolah-olah perpustakaan ini hanya latar belakang yang tepat untuk menikmati kegiatan nakal mereka.

"Astaga! Apa-apaan ini! Apa yang kalian lakukan di sini?!"

Suara Pak Darmaji menggelegar di dalam ruangan sampai-sampai seekor cecak yang sedari tadi diam di dinding menhaksikan pola tingkah dua pelajar itu, seketika merayap cepat menjauh.

Kedua pelajar itu tersentak, buru-buru melepaskan sentuhan bibir satu sama lain. Si pelajar perempuan cepat-cepat merapikan kancing pakaiannya yang sempat terbuka, berusaha menutupi sembulan dada yang tidak sepantasnya terlihat. Wajah mereka memerah, tetapi bukan karena malu, melainkan karena aksi mereka terganggu oleh kedatangan Pak Darmaji yang tidak mereka sangka-sangka.

"Pak, kami sedang berdiskusi tentang tugas sekolah," jawab si laki-laki dengan dalih yang terdengar begitu konyol, bahkan untuk telinganya sendiri.

"Oh, begitukah cara kalian berdiskusi?" Pak Darmaji mendengus sinis. "Perbuatan memalukan!"

Kedua anak itu terdiam, menunduk, sesekali melirik canggung satu sama lain. Tidak butuh penjelasan, Pak Darmaji lantas mengusir keduanya. Tangan laki-laki tua itu gemetar karena murka. Di dalam pikirannya, dia merenungkan fenomena aneh yang terjadi di sekelilingnya. Apakah dunia ini memang dirancang agar manusia makin bodoh sehingga perbuatan asusila pun dianggap hal yang lumrah? Perpustakaan sebagai tempat warisan intelektual tersimpan, kini dijadikan arena perilaku dangkal yang tidak elok, bahkan oleh generasi penerus. Apa lacur, sungguh ironi yang menggigit.

Pak Darmaji mengempaskan tubuhnya ke kursi. Di luar, suara riuh dari pusat perbelanjaan terdengar samar-samar, seperti ejekan halus dari kemegahan imitasi yang sedang berpesta. Sebuah sindiran tentang kebodohan yang kian merajalela, tetapi makin banyak pula yang bangga dengannya. Pak Darmaji menahan getir. Menurutnya, kaum kapitalis telah berhasil menjalankan misi mereka.

Pak Darmaji menoleh ke arah kaca jendela, menatap bayangan dirinya yang tua dan terabaikan. Mungkin memang lebih mudah menjadi bodoh. Tidak ada beban untuk berpikir, tidak ada dorongan untuk memahami.

Pintu perpustakaan terbuka lagi. Kali ini, lima orang berseragam dinas masuk dengan langkah percaya diri, seperti sudah tahu apa yang mereka inginkan. Lamun, Pak Darmaji terlanjur skeptis. Ah, paling-paling mereka datang untuk buang-buang waktu, batinnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun