Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Eksperimen Tanpa Akhir

11 Agustus 2024   05:55 Diperbarui: 16 Agustus 2024   02:40 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kepanikan, aku mencoba menyelamatkan ikan kecil itu sebelum mati. Namun, belum sempat aku memungutinya, petugas rumah sakit datang mencengkeram lenganku. Aku berteriak-teriak karena cengkeram tangannya sangat kuat dan menyakitiku. Tiba-tiba, aku merasakan tusukan jarum menembus dagingku. Tubuhku mendadak lemas dan mataku seperti berkunang-kunang. Samar-samar aku melihat Emily mengambil pecahan kaca dari balik tirai kamar mandi. Setelahnya, pandanganku gelap.

Aku terbangun dengan wajah menghadap ke langit-langit kamar. Sekian lama terdiam, aku menyadari kalau ini bukanlah kamarku---entah di mana. Perasaanku seperti sedang sekarat, kepalaku pening, badanku pegal. Mungkin ini adalah tidur terburukku sepanjang aku mengalami tidur.

"Apa yang terjadi?"

"Kamu mencuri dan melakukan perbuatan yang tidak pantas." Seorang perawat menyahut.

Aku telah lupa kejadiannya. Ketika tubuhku mulai pulih, aku justru teringat seseorang. Ya, Emily. Ke manakah dia?

Tepat di hari keempat puluh dua, aku merapikan diri. David berjanji akan datang menjemputku. Sambil menunggu kedatangannya, aku berjalan-jalan mengitari kamar-kamar rumah sakit.

Setiap kali mendengar teriakan pasien, aku berharap itu Emily, tetapi tidak satu pun dari mereka yang merupakan Emily. Sungguh, aku merindukannya. Aku mencarinya kembali. Mungkin saja dia sudah ada di kamarnya lagi.

Benar saja. Emily sudah ada di kamarnya. Dari lubang persegi berjeruji besi di daun pintu, aku melihatnya tidur di atas dipan.

"Emily! Emily!" panggilku berbisik.

Emily tidak menyahut. 

Aku lalu mendorong pintunya yang ternyata tidak terkunci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun