Di hadapan Dokter Haris, aku mengatakan yang sebenarnya.
"Dokter, aku sudah delapan belas hari di sini. Seperti yang pernah kubilang, menurutku, ini adalah kesalahpahaman. Kesalahan ada di pihakku. Reaksiku mungkin terlalu berlebihan saat mendengar suara-suara bising seperti drum kosong yang ditabuh berkali-kali di kepalaku ini. Tapi aku pastikan, sejak itu aku tidak pernah mengalaminya lagi."
"Sekarang, bagaimana perasaanmu, Theri?"
"Aku merasa baik. Sangat baik."
"Aku mengerti apa yang kamu katakan. Tapi kenyataannya, semua pasien pun merasa diri mereka sedikit lebih baik, tapi itu tidak berarti mereka sudah sembuh."
"Aku seorang penulis. Terkadang, aku bekerja berdasarkan halusinasi. Itu sudah biasa bagiku. Tapi aku rasa ada banyak asumsi yang salah tentang diriku. Orang-orang sering kali menganggapku tidak normal karena sikap atau pandanganku berbeda. Padahal, aku cuma ingin memahami dunia ini dengan caraku sendiri."
"Theri, kamu harus menerima kenyataan karena mengidap penyakit yang sangat serius. Sangat disayangkan itu menyedihkan walaupun aku ingin memulangkanmu segera."
"Aku tidak mengerti lagi bagaimana bisa seorang dokter profesional melakukan diagnosis berlebihan terhadap pasiennya. Dokter bisa bertanya pada keluargaku, teman-temanku, siapa pun, dan mereka akan memberitahumu kalau aku baik-baik saja."
"Kami perlu melakukan diagnosis lanjutan. Tunggulah. Aku sangat paham kalau kamu mengalami frustrasi. Tapi ingatlah, kami di sini membantumu mendapatkan perawatan terbaik."
"Ini konyol. Perawat-perawat di sini bahkan melayaniku dengan buruk. Justru merekalah yang telah membuatku gila."
Aku bangkit dari kursi dan mendekatkan wajahku ke wajah Dokter Haris.