Semua kembali seperti semula. Yuni kembali menjadi mahasiswa biasa yang harus berjuang menghadapi tugas-tugas berat tanpa kehadiran dosen tampan sebagai motivasinya.Â
Acap kali ke kampus, ia terkenang tentang senyuman dan tentang bagaimana Pak Andi menjelaskan sastra yang membinar-binarkan mata. Kini segalanya telah jauh tak terjangkau.
Teman-teman yang dulu sering menertawakan betapa rajinnya ia ketika Pak Andi masih mengajar, sekarang melihatnya menjadi diri yang memiliki semangat tidak lagi menggebu-gebu.
"Kamu kenapa, sih, Yun? Kayak orang lagi putus cinta aja."
Ya, Yuni memang lagi putus cinta, bahkan cinta yang tak terungkap dan itu jauh lebih menyakitkan.
Belum usai bangkit dari perasaan yang teriris-iris, berita mengejutkan lain datang. Ketika Yuni sedang mengerjakan tugas di perpustakaan, temannya datang dengan wajah berapi-api.
"Eh, tahu, nggak, Yun? Pak Andi ternyata sudah tunangan, lho," kata temannya itu sambil menyodorkan ponsel.
"Hah! Serius?" Yuni nyaris tak percaya dengan apa yang ia dengar. Hatinya bagai tertusuk-tusuk ribuan jarum. Bagaimana mungkin ini terjadi begitu cepat?
"Nih, lihat!" Temannya menunjukkan foto Pak Andi bersama seorang perempuan cantik dengan cincin melingkar di jari manis.
Perempuan dalam foto itu begitu anggun dan sempurna, laksana dipilih langsung dari kisah negeri dongeng. Pak Andi terlihat bahagia, senyum di wajahnya lebih cerah daripada yang pernah Yuni lihat sebelumnya.
Gubrak! Dunia benar-benar berputar terbalik. Tubuh pun tercabik-cabik tanpa ampun. Semua harapan dan impian yang Yuni pendam dalam diam tentang Pak Andi, hancur berkeping-keping begitu saja. Yuni pun jatuh lunglai, persis lakon dalam drama Korea yang cintanya selalu berakhir tragis.