Bagaimana selanjutnya seorang penulis fiksi, misalnya, bisa memberikan sentuhan gaya berbeda terhadap genre tulisan yang ditulisnya, baik genre romansa, horor, komedi, atau puisi sekali pun. Kepantasan gaya menulis terhadap genre berbeda inilah yang sebaiknya penulis pahami dengan cermat, jadi bukan perkara susunan kata-katanya yang terkesan semaunya.
Jika gagasan bahwa gaya menulis merupakan selera penulis yang artinya mereka ingin mengekspresikan siapa dirinya, akan masuk akal untuk mengatakan bahwa pembaca pun bisa belajar sesuatu tentang seseorang berdasarkan apa yang penulis hasilkan yang lebih dari sekadar apakah bahasa yang disajikan itu pantas atau tidak.
Maka, gaya penulisan penting karena seringkali itulah satu-satunya informasi yang pembaca peroleh tentang penulisnya, hal yang menghubungkan pembaca dengan penulis dan memberitahukan tentang karakter penulisnya.
Memikirkan gaya penulisan berarti memikirkan tentang efek retoris dari kata-kata yang penulis pilih dan kalimat-kalimat yang dibuatnya. Gaya lebih penting daripada buku teks yang terobsesi dengan kejelasan.
Hal itu pun akan membuat penulis percaya bahwa gaya bukanlah suatu yang harus dihindari, melainkan merupakan alat nyata untuk membentuk kualitas pengalaman terhadap pembaca dan untuk memengaruhi keefektifan pesan-pesan penulis lebih dari sekadar kejujuran yang transparan .
Oleh karena itu, banyak hal dalam gaya yang baik dan banyak hal yang bisa diperoleh dari gaya menulis yang lebih rumit, lucu, atau menggunggah. Satu kesimpulan yang semestinya penulis menganggapnya perlu bahwa gaya menulis sebaiknya tidak standard dan tidak mudah dilupakan pembaca sebab gaya yang bisa dilupakan pada akhirnya bukanlah gaya menulis yang baik.
---
Shyants Eleftheria, Osce te Ipsum
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H