Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Seberapa Penting Aspek Dialog dalam Suatu Cerita dan Bagaimana Menuliskannya dengan Baik?

3 Maret 2024   10:58 Diperbarui: 6 Maret 2024   07:59 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi  Aspek Dialog dalam Suatu Cerita | Sumber gambar by pixabay.com/satheeshsankara

Dalam suatu cerita, terdapat dua elemen utama yang sering muncul, yaitu dialog dan narasi. Keduanya memiliki karakteristiknya sendiri dalam membentuk rangkaian cerita. Dialog berupa keterangan kata-kata, sedangkan narasi lebih ke arah pendeskripsian kondisi. 

Meski berbeda, penggunaan dialog dan narasi sejatinya saling melengkapi untuk menciptakan cerita yang kaya dan terstruktur. Penggunaannya yang bijak dan seimbang dapat meningkatkan kualitas cerita dan membuat pengalaman membaca lebih memuaskan. 

Pembahasan khusus mengenai dialog, bahwa dialog adalah bentuk komunikasi langsung yang diucapkan oleh tokoh dalam cerita---ini mencakup ucapan atau percakapan yang diucapkan oleh tokoh satu ke tokoh lainnya atau kepada diri tokoh itu sendiri. 

Secara fungsi, dialog bisa menjadi aspek pengganti narasi dalam memajukan alur cerita. Bilamana penceritaan yang menggunakan narasi secara penuh berkecenderungan membosankan, maka dengan memasukkan unsur dialog di dalamnya, suatu cerita dapat memiliki kesan hidup.

Akan tetapi, beberapa penulis mengalami kendala dalam menulis dialog. Beberapa dari mereka bahkan mengalami kesulitan bagaimana menulis dialog yang baik. Inilah yang seharusnya menjadi pekerjaan penulis untuk mencari tahunya.

Beberapa tips seputar dialog berikut mungkin memberikan semacam gambaran bagi penulis tentang cara menulis dialog dalam cerita dan bagaimana agar keberadaan dialog dapat menjadikan cerita lebih menarik.

Perhatikan Tanda Baca

Tanda baca sangat diperlukan dalam menulis dialog. Penggunaan tanda baca ini membantu menghindari kebingungan dan membuat percakapan lebih mudah dipahami.

Oleh karena itu, keakuratan dalam penggunaan tanda baca, konsistensi dalam gaya penulisan, dan pemahaman terhadap aturan tata bahasa sangat penting dalam menulis dialog yang efektif.

Berikut, contoh-contoh dialog dengan penggunaan tanda baca, meliputi titik, koma, kutip tunggal, tanda hubung, elips, dan sebagainya.

"Aku tidak tahu." Dia kemudian menangis atas tuduhan semua orang.

"Apa yang terjadi? Aku tidak percaya!"

"Dia berkata, 'Saya akan segera kembali.'"

"Tentu saja," jawabnya dengan senyum, "saya akan membantu."

"Saya pikir kita harus pergi sekarang." --- "Tapi cuaca sangat buruk."

"Biarkan saja ... maksudku, kita tidak perlu mengganggunya."

Hindari Memasukan Dialog Kosong

Dialog kosong merujuk pada percakapan yang tidak memiliki makna atau substansi yang signifikan. Dialog semacam ini tidak memberikan kontribusi apa pun terhadap pengembangan tema cerita, karakter plot atau alur. 

Dalam beberapa konteks, dialog kosong dapat dianggap sebagai penggunaan kata-kata yang sia-sia atau berlebihan tanpa memberikan nilai tambah pada narasi secara keseluruhan.

Dialog yang efektif biasanya memiliki tujuan tertentu, seperti mengembangkan karakter, memajukan plot, menyampaikan informasi penting, atau menciptakan suasana tertentu. Dialog kosong, di sisi lain, cenderung tidak memiliki tujuan atau makna yang jelas.

Contoh, 

"Hai!"

"Hai juga." 

"Bagaimana kabarmu?" 

"Baik, terima kasih." 

"Begitu juga aku."

"Baguslah."

Kurangi Penggunaan Dialog Tag

Dialog tag adalah frasa atau klausa yang digunakan untuk mengidentifikasi pembicara dalam dialog. Fungsinya adalah memberikan informasi tentang siapa yang sedang berbicara.

Dialog tag biasanya ditempatkan sebelum, di tengah, atau setelah ucapan karakter, dan dapat berupa atribusi atau deskripsi karakter. Namun, penggunaan dialog tag terus menerus dapat menjadikan cerita tidak menarik dan bahkan dapat merusak suasana cerita.

Misalnya,

"Kamu kenapa?" Suzan bertanya kepada Haris.

"Aku tidak apa-apa," jawab Harus.

"Tapi, kamu kelihatannya bersedih," kata Suzan.

"Ah, itu mungkin penglihatanmu saja yang salah," balas Haris.

Sebaiknya, apabila terdapat dua tokoh yang sedang bercakap-cakap, cukup satu dialog saja yang menggunakan tag dialog sebagai penanda tokoh mana yang berbicara terlebih dahulu.

"Kamu kenapa?" Suzan bertanya kepada Haris.

"Aku tidak apa-apa." 

"Tapi, kamu kelihatannya bersedih." 

"Ah, itu mungkin penglihatanmu saja yang salah."

Penyampaian Informasi

Ketika tidak ingin menyampaikan informasi pada narasi, penulis dapat menyampaikannya melalui dialog seorang tokoh.

Misalnya,

".... Datang dari mana kau, Anak Muda?" tanya Ngku Taubat, ....

"Ia berasal dari perkampungan di selatan, yang kini sudah porak-poranda setelah digulung banjir bandang, Ngku!" Sodiq Solihin segera menyambar ....

(cerpen Damhuri Muhammad, Manusia Kelelawar, Kompas, 13 November 2022)

Hindari Dua Informasi secara Bersamaan

Kadang-kadang, penulis tidak menyadari ketika menulis dialog, mereka sudah terlebih dahulu menyampaikan informasi melalui narasi atau malah setelahnya. Hal ini mengakibatkan cerita menjadi bertele-tele karena yang disampaikan dua hal yang sama.

Misal, 

Pagi itu Suzan menyampaikan keinginannya untuk pergi ke sebuah kafe malam hari. 

"Aku akan pergi ke  kafe nanti malam."

Apabila narasi dan dialog memiliki nuansa yang sama, penulis sebaiknya memakai salah satu dari keduanya.

Gunakan Konflik dan Ketegangan

Dialog yang penuh dengan konflik dan ketegangan dapat meningkatkan ketegangan cerita. Penulis dapat menciptakan dialog yang memiliki lapisan emosional dan menggambarkan konflik antar karakter.

Pahami Konteks Budaya dan Waktu

Jika cerita Anda berlatar belakang di suatu tempat atau periode waktu tertentu, pastikan dialog mencerminkan konteks budaya dan sosial yang sesuai.

Variasi Gaya Bicara

Karakter dalam cerita dapat memiliki gaya bicara yang unik. Misalnya, beberapa karakter mungkin menggunakan bahasa formal, sementara yang lain mungkin lebih santai atau bahkan menggunakan dialek tertentu. 

Penulis dapat memberikan variasi dalam gaya bicara antar karakter. Jangan biarkan semua karakter berbicara dengan cara yang sama. Ini membantu menciptakan suara yang unik untuk masing-masing karakter.

Menghadirkan realisme, ritme, dan alur cerita

Dialog yang autentik dan alami dapat menciptakan nuansa realisme dalam cerita. Ini membuat karakter dan situasi terasa lebih nyata bagi pembaca. 

Pertimbangkan pola ritme cerita saat menyusun dialog. Jangan biarkan percakapan menjadi terlalu monoton atau terlalu cepat. Sesuaikan ritme dengan kebutuhan alur cerita. 

Baris yang penting dialog adalah tentang kualitas dan bukan kuantitas. Terlalu banyak dialog dalam cerita, ditambah juga tidak membawa alur cerita, tentu akan sia-sia. Menulis dialog sebaiknya di sela-sela narasi. Ini bertujuan supaya pembaca itu tahu situasi yang ada di dalam atmosfer cerita. 

Demikianlah, jika berupa kesimpulan, dialog memiliki peran yang sangat penting dalam suatu cerita dan dapat memberikan kontribusi besar terhadap kualitas keseluruhan naratif.

Dengan kata lain, dialog dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk membangun dunia dalam cerita, menyampaikan informasi dengan cara yang menarik, dan mengembangkan karakter serta alur cerita. Penggunaan dialog yang bijak dapat meningkatkan kualitas keseluruhan naratif dan membuat pengalaman membaca lebih menarik.

Para penulis juga perlu mengingat satu hal terkait penulisan dialog dalam cerita bahwa menulis dialog yang efektif adalah keterampilan yang terus berkembang.

Penulis diharapkan untuk terus berlatih, berani mencoba gaya yang berbeda, dan terbuka terhadap umpan balik untuk memberikan pengaruh yang positif dalam menulis.  

--- 

Shyants Eleftheria, Salam Cerdas Literasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun