Dalam beberapa konteks, dialog kosong dapat dianggap sebagai penggunaan kata-kata yang sia-sia atau berlebihan tanpa memberikan nilai tambah pada narasi secara keseluruhan.
Dialog yang efektif biasanya memiliki tujuan tertentu, seperti mengembangkan karakter, memajukan plot, menyampaikan informasi penting, atau menciptakan suasana tertentu. Dialog kosong, di sisi lain, cenderung tidak memiliki tujuan atau makna yang jelas.
Contoh,Â
"Hai!"
"Hai juga."Â
"Bagaimana kabarmu?"Â
"Baik, terima kasih."Â
"Begitu juga aku."
"Baguslah."
Kurangi Penggunaan Dialog Tag
Dialog tag adalah frasa atau klausa yang digunakan untuk mengidentifikasi pembicara dalam dialog. Fungsinya adalah memberikan informasi tentang siapa yang sedang berbicara.
Dialog tag biasanya ditempatkan sebelum, di tengah, atau setelah ucapan karakter, dan dapat berupa atribusi atau deskripsi karakter. Namun, penggunaan dialog tag terus menerus dapat menjadikan cerita tidak menarik dan bahkan dapat merusak suasana cerita.
Misalnya,
"Kamu kenapa?" Suzan bertanya kepada Haris.
"Aku tidak apa-apa," jawab Harus.
"Tapi, kamu kelihatannya bersedih," kata Suzan.
"Ah, itu mungkin penglihatanmu saja yang salah," balas Haris.
Sebaiknya, apabila terdapat dua tokoh yang sedang bercakap-cakap, cukup satu dialog saja yang menggunakan tag dialog sebagai penanda tokoh mana yang berbicara terlebih dahulu.
"Kamu kenapa?" Suzan bertanya kepada Haris.
"Aku tidak apa-apa."Â
"Tapi, kamu kelihatannya bersedih."Â
"Ah, itu mungkin penglihatanmu saja yang salah."
Penyampaian Informasi
Ketika tidak ingin menyampaikan informasi pada narasi, penulis dapat menyampaikannya melalui dialog seorang tokoh.
Misalnya,
".... Datang dari mana kau, Anak Muda?" tanya Ngku Taubat, ....
"Ia berasal dari perkampungan di selatan, yang kini sudah porak-poranda setelah digulung banjir bandang, Ngku!" Sodiq Solihin segera menyambar ....
(cerpen Damhuri Muhammad, Manusia Kelelawar, Kompas, 13 November 2022)
Hindari Dua Informasi secara Bersamaan
Kadang-kadang, penulis tidak menyadari ketika menulis dialog, mereka sudah terlebih dahulu menyampaikan informasi melalui narasi atau malah setelahnya. Hal ini mengakibatkan cerita menjadi bertele-tele karena yang disampaikan dua hal yang sama.
Misal,Â
Pagi itu Suzan menyampaikan keinginannya untuk pergi ke sebuah kafe malam hari.Â
"Aku akan pergi ke  kafe nanti malam."
Apabila narasi dan dialog memiliki nuansa yang sama, penulis sebaiknya memakai salah satu dari keduanya.
Gunakan Konflik dan Ketegangan
Dialog yang penuh dengan konflik dan ketegangan dapat meningkatkan ketegangan cerita. Penulis dapat menciptakan dialog yang memiliki lapisan emosional dan menggambarkan konflik antar karakter.
Pahami Konteks Budaya dan Waktu
Jika cerita Anda berlatar belakang di suatu tempat atau periode waktu tertentu, pastikan dialog mencerminkan konteks budaya dan sosial yang sesuai.
Variasi Gaya Bicara
Karakter dalam cerita dapat memiliki gaya bicara yang unik. Misalnya, beberapa karakter mungkin menggunakan bahasa formal, sementara yang lain mungkin lebih santai atau bahkan menggunakan dialek tertentu.Â