Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Menggugat Diam

12 Desember 2023   00:22 Diperbarui: 15 Desember 2023   03:34 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lalu?"

"Haris kemudian mulai meninggikan suaranya. Dia tiba-tiba menjadi agresif dengan melemparkan makan malam yang kubuat ke tempat sampah. Kemudian dia mulai menyerangku secara verbal."

Kalimat terakhir itu memaksaku harus menahan perih pada bagian sudut mata yang kuusap karena aku harus mengeluarkan air mata. Dokter Emily menyodorkan tisu kepadaku dan menanyakan kepadaku apakah aku baik-baik saja. Dia mungkin tahu ini sulit. Mengingat semuanya memang sangat menyakitkan.

Namun, aku kembali ingin melanjutkan ceritaku. Bahwa malam tadi Haris seperti biasa tertidur di sofa. Ya, dia akan tidur sepanjang malam. 

Setelah sekitar satu jam, dia terbangun dan mencoba untuk mengajakku berhubungan intim dengan mulut yang berbau alkohol. Aku menolaknya, tetapi suamiku itu tidak mau menerima jawaban tidak. Saat dia hendak memukulku, aku langsung masuk ke kamar dan mengunci pintu. Laki-laki keparat itu menggedor-gedor pintu dan aku tetap bertahan di dalam.

Aku menjeda. Sepertinya dokter Emily mendengarkan dengan seksama. Aku mulai khawatir apakah wanita ini akan membaca raut wajahku ketika aku bercerita atau tidak. 

Apakah  barisan kalimat yang kuucapkan terdengar masuk akal menurutnya? Jadi, aku kembali menarik napas, untuk mengatur ritme suara untuk lebih meyakinkannya.  

"Saat Haris tidak lagi mengetuk pintu, hal aneh tiba-tiba muncul. Aku merasakan keberanian di dalam diri setelah sebuah suara di kepalaku menyuruhku agar sebaiknya pergi. Tapi beberapa detik selanjutnya, sebuah suara lain memerintahku untuk tidak pergi dan ... aku menjadi takut lagi, Dokter."

"Apa yang kamu putuskan?"

"Akhirnya, aku menuruti perintah suara pertama. Aku mengemasi pakaian ke dalam koper dan bertekad untuk pergi memulai hidup baru."

"Satu hal yang sebenarnya terdengar baik, Suzan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun