Membangun ritual menulis untuk diri kita sendiri
Seperti yang kita ketahui, seringkali menulis menjadi sulit dilakukan, terutama mengawalinya. Namun, ini semua tentang membangun momentum, bagaimana tantangan memulainya harus bisa kita lewati, dengan demikian selanjutnya akan menjadi mudah.
Menulis itu diibaratkan seperti mengendarai sepeda. Tantangan awal mengendarai sepeda, yaitu membangun keseimbangan pertama, biasanya yang paling sulit dilakukan.Â
Setelah itu, seringkali kita dapat meluncur ringan dengan berusaha sedikit demi sedikit terus bergerak maju hingga kemudian mampu membuat kita melaju dengan santai, bahkan sanggup melakukan atraksi yang menarik.
Jadi, bagaimana kita membangun momentum awal? Salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah membiasakan serangkaian aktivitas yang pada dasarnya untuk menunjang proses menulis menjadi lebih mudah.
Serangkaian aktivitas tersebut---yang kita sebut sebagai ritual---harus bisa kita ciptakan sendiri. Misalnya, sebelum menulis, kita ingin membuat tempat senyaman mungkin dengan menjauhkannya dari gangguan yang selanjutnya justru dapat mendistraksi proses menulis kita.Â
Apapun situasinya, baik sunyi atau tenang, ditemani musik santai dan minuman, maupun keadaan lainnya dan dengan ritual apa pun, kita harus memiliki kontrol lebih besar atas lingkungan tempat kita menulis tersebut. Hal itu sangat berguna untuk mengatasi hambatan menulis kita.
Ketika mendapatkan momentum untuk menulis, kita sebaiknya jangan menundanya terlalu lama karena seringkali saat itulah ide-ide kreatif kita mengalir.
Memisahkan proses penulisan dari proses pengeditan
Menulis adalah tentang menjaga momentum tetap berjalan. Saat berada dalam kondisi baik, tulisan kita seolah-olah terus mengalir sehingga kita dapat membuat hal-hal kreatif keluar dari otak dan masuk ke halaman tulisan. Nah, momentum inilah yang harus kita jaga.
Akan tetapi, ketika momentum itu terjadi dan semua ide ingin kita tuangkan, seringkali muncul salah satu pembunuh terbesarnya, yaitu pengeditan saat kita menulis.