Jason berada dalam suara harmonis, damai, dan eksentrik dari sebuah kereta api malam menuju kotanya pada ujung hari di bulan November.Â
Sayangnya dia tidak menikmatinya karena refleks matanya bergantian bergerak berulang kali dari buku novel di tangannya ke sosok pria bertopi, persis di seberang tempat duduknya. Â
Pandangan Jason kemudian kembali ke halaman novel dan mencoba memfokuskannya ke sana. Namun, pikirannya juga kembali terusik oleh pria tersebut---pria yang sepertinya tidak bisa beralih dari layar ponsel. Jason mengernyit, mencoba menggali ingatan tentang wajah seorang teman lama.
Aha! Akhirnya, dalam usaha lima belas detik, dia berhasil menemukannya. Ya, dia yakin sekali pria itu adalah teman lamanya meskipun topi dan janggut panjang dengan beberapa guratan perak hampir membuat sosok tersebut tampak seperti orang yang berbeda.
Jason menutup novelnya, lalu bangkit dan berjalan lurus ke arah pria itu.
"Halo, Alex!" Suaranya canggung, sementara pria di hadapannya mendongak dan menatapnya dengan sorot bingung seperti orang linglung. Â
"Jason, masih ingat?"
Jason melemparkan senyum tipis dan menyodorkan tangan kanannya. Beberapa detik kemudian, matanya berbinar ketika pria itu menyambut tangannya dengan hangat.
Selanjutnya, sepuluh menit awal, mereka pun terlibat dalam percakapan sebagai teman lama dengan nada yang sama seperti sepuluh tahun yang lalu ketika mereka dalam satu perusahaan. Namun, setelahnya, mimik wajah Alex berubah, pancaran gemerlap di matanya yang tadinya cerah seketika mendung.
"Apa yang terjadi?" tanya Jason.