Beberapa hal mungkin tidak akan pernah sama karena setelah memaafkan adalah keadaan atau hubungan yang  mungkin tidak akan kembali seperti semula---tetapi tidak apa-apa sebab memaafkan adalah menerima bahwa segala sesuatu dapat berubah.
Mungkin kita terluka, tetapi hal itu kemudian bisa membuat kita kuat dan siap untuk bangkit tanpa terus menerus memikirkan dan merasakan emosi negatif terkait momen yang menyakiti kita tersebut. Namun demikian, kita memberi maaf kepada seseorang tidak berarti bahwa kita perlu membiarkan orang itu kembali ke dalam kehidupan kita. Jika itu menimbulkan traumatis, sebaiknya tinggalkan saja.
Setelah memutuskan bahwa kita bersedia untuk memaafkan, kita mulai mengambil langkah-langkah kecil setiap hari untuk melupakannya.Â
Jika pikiran negatif memasuki pikiran kita tentang orang atau situasi yang menyakitkan itu, kita sebaiknya melakukan upaya sadar untuk menyingkirkan pikiran-pikiran buruk dan menggantinya dengan pikiran positif terkait dengan hidup yang akan selalu bergerak maju.
Kita akan terkejut bahwa betapa banyak peluang yang tampak muncul ketika kita mengubah perspektif tentang memaafkan. Tubuh kita perlahan-lahan akan merasa lebih ringan, lebih bahagia, dan lebih mudah menerima hal-hal baru di sekitar kita sehingga dapat memperkuat hubungan sosial saat ini dan memercayai cinta yang lebih tulus dari orang-orang yang sejatinya tidak ingin sengaja menyakitkan hati kita. Kita pun akan dapat mengejar hal-hal yang membuat bahagia tanpa mengkhawatirkan hal-hal di masa lalu.
Akhirnya, dalam semua langkah kecil, kita mulai menyembuhkan rasa sakit yang awalnya tidak kita harapkan.Â
Memberi maaf dimulai dengan keputusan besar dan itu berlanjut sebagai proses lebih dari sekadar menebus manfaat.Â
Memaafkan akan memungkinkan kita untuk melepaskan perasaan negatif yang membebani kita. Pikiran kita seolah-olah menjadi terstruktur rapi dan siap untuk tumbuh dan menggerakkan emosional ke arah yang lebih tertata baik.
Secara perlahan, kita dapat menyembuhkan luka sendiri dan mengubah fokus ke lebih banyak hal yang membuat kita bahagia dengan melepaskan dendam akibat kemarahan.Â
Jika memaafkan itu perlu dan penting secara psikologis dan fisik. Lantas, masihkah kita berpikir ulang untuk tidak memberi maaf?
--Shyants Eleftheria, salam Wong Bumi Serasan-