Faktor lain yang berperan adalah tentu adanya elemen respons terhadap Joker yang mirip dengan kepanikan moral seputar kekerasan, atau death metal, dan respons terhadapnya harus sama. Jadi, jika itu benar, kita tidak berarti harus menyetujui dan mengatakan bahwa film merupakan seni untuk seni sehingga mengabaikan efek yang benar-benar dilakukan seni terhadap masyarakat.
Seni mungkin tidak memiliki tanggung jawab sosial, tetapi kritik memilikinya. Kritik adalah tentang menanyakan apa fungsinya? Ide apa yang disampaikannya? Ingat, tujuan kritikus melakukan itu bukan untuk menyensor seni seperti yang dilakukan Plato di “The Republic”, tetapi untuk menyadarkan media tentang caranya mempengaruhi masyarakat, termasuk kita. Kita adalah apa yang kita makan dan ada baiknya mengetahui kandungan gizi yang ada dalam makanan kita.*
-Shyants Eleftheria, salam Wong Bumi serasan—
Sumber referensi: Seni dan keindahan berdasarkan pemikiran filsuf Yunani klasik: Plato, Socrates, Horace, Sidney, dan Gagasan Asthetics.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H