Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ketika Writer's Block Datang, Inikah Caranya?

7 Januari 2022   13:43 Diperbarui: 8 Januari 2022   18:25 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang yang terkena writer's block |by freepik

Pagi-pagi di hari libur, aku bersiap-siap untuk mulai menulis. Kopi sudah tersedia, alunan musik latar klasik terdengar indah, dan suhu ruangan telah diatur sedemikian nyaman. Selanjutnya, aku duduk tegak dengan jari-jemari di atas tuts komputer. Satu menit, lima menit, sepuluh menit ... hingga lima belas menit,  layar masih kosong. Hei, ada apa ini? Mengapa satu kata pun tidak bisa mengalir?

Oke, itu writer's block, tidak apa-apa. Aku harus bangga mengalaminya sebab ternyata musuh besar penulis itu tidak saja mendatangi para penulis kawakan, tetapi aku juga, yang notabene penulis pemula.

Baiklah, serangan writer's block tidak perlu ditakuti. Aku sudah pernah membaca bagaimana writer's block itu seringkali datang tanpa diundang dan bagaimana cara mengatasinya. Jadi, aku hanya butuh pengalihan kegiatan sementara.

Aku lantas memikirkan kegiatan lain yang dapat mengembalikan kreativitas menulisku. Jika masih bertahan duduk dan memandang layar kosong, aku sama saja memaksakan diri untuk menulis---dan itu tidak akan berhasil. Prinsipku, menulis dengan santai tanpa perasaan tertekan tentu akan menghasilkan tulisan yang bagus. 

Menulis adalah bagaimana kita mencari inspirasi dan membiarkan kejeniusan kita mengalir ke halaman dengan anggun dan elegan. Menulis bukan tentang pengulangan atau mengolah garis besar cerita yang secara bertahap meningkatkan kualitas tulisan melalui jejak dan kesalahan yang melelahkan. Menulis itu sangat mudah dan tidak sulit sama sekali, tetapi tetap membutuhkan inspirasi.

Hal pertama yang aku lakukan untuk mendapatkan inspirasi adalah menonton film. Aku mencari film drama berkelas yang ceritanya tidak biasa, keren, cerdas, menarik, sehingga mampu mempekerjakan otakku menemukan inspirasi. Film peraih Citra atau Oscar sungguh menjadi sumber inspirasi yang hebat.

Satu film sudah selesai, tetapi aku butuh inspirasi ganda. Maka, serial televisi di layanan streaming menjadi pilihanku selanjutnya. Aku ingin melibatkan proses berpikir kreatif agar tidak memancingku seperti zombie yang pingsan, seram dan tidak bisa apa-apa. Film dan acara televisi yang telah kutonton memberiku banyak inspirasi, dan sepertinya aku bisa melewati kebuntuan berpikir.

Setelah menyelesaikan seri itu, aku merasa lebih baik, tetapi aku masih belum puas. Aku membuka-buka laman situs di internet dan ulala ... foto seekor kucing lucu mencuri perhatianku. 

Aku tertarik untuk membagikannya di laman media sosial. Itu hanya akan memakan waktu beberapa detik. Bagaimanapun, aku yakin bahwa berbagi gambar kucing lucu itu sangat berharga. Ia akan membantuku menciptakan inspirasi baru menulis.

Urusan kucing selesai dan ketika mengklik situs lainnya, aku membaca judul postingan artikel yang menarik. Bukankah artikel-artikel internet yang informatif juga dapat berfungsi sebagai "penelitian"? Maka, tidak ada salahnya aku membacanya sebentar, termasuk komentar-komentar pembaca yang menyertainya. 

Namun, mengapa seseorang meninggalkan komentar yang mengungkapkan opini yang berseberangan? Sebaiknya aku mencari kebenarannya melalui browshing. Yup, aku menemukan opini yang sama dengan artikel tersebut dan aku puas.

Hari beranjak siang. Perutku mulai lapar dan tidak mengapa aku mencari cemilan di dapur. Aku rasa keripik kentang adalah cemilan yang asyik untuk menemaniku menulis. 

Namun, aku butuh makanan yang mengenyangkan. Ya, stok mi goreng spesial masih ada---dan aku memilih itu saja. Waktu untuk memasaknya tidak lama: air mendidih, masukan mi, telur, bakso, sawi, cabe, lalu ... mi sudah jadi dan siap disantap.

Waktu ishoma sudah selesai. Aku mencari inspirasi selanjutnya, yaitu membaca buku. Berbaring adalah posisi yang nyaman untuk membaca. Beberapa lembar halaman terlewati dan itu sangat membuatku antusias membacanya hingga selesai. 

Karena asyiknya, aku sampai terkejut ketika buku itu jatuh menimpa wajahku yang sempat kehilangan ingatan beberapa waktu. Oh, aku tertidur. Tertidur? Tidak ... itu tidak buruk. Tidur justru dapat memunculkan energi baru, Nyatanya, aku merasa segar setelahnya.

Untuk menambah kesegaran lainnya, aku berolah raga. Waktu berolah raga beberapa menit, cukuplah untuk mencari keringat. Kebiasaan olah raga memang salah satu trik untuk menyegarkan tubuh dan pikiran, meski tidak setiap hari, setidaknya dua kali seminggu, aku melakukannya. Keringat mengalir segar dan aku merasa bugar.

Hari sudah sore, ada baiknya aku membereskan rumah sekaligus membersihkan badan. Rumah rapi dan badan bersih tentu akan memengaruhi kegiatan menulisku. Aku memutuskan untuk kembali duduk menulis setelah semua beres.

Senja telah terlewati, malam mulai mengendap-endap datang, aktivitas mencari inspirasi dan kegiatan lainnya telah selesai, itu artinya aku siap untuk mulai menulis. Aku kembali lagi duduk dan berkonsentrasi menulis. Tiba-tiba, notifikasi grup WhatsApp berbunyi. 

Ah, aku rasa tidak terlalu mengganggu jika aku ikut ke dalam pembicaraan seru di grup tersebut, sebentar saja, dan satu jam cukup untuk terlibat hangat di dalam grup itu. Aku senang dan perasaanku itu jelas akan memberikan pengaruh positif untuk menulis.

Baiklah ... baiklah, saatnya aku serius sekarang. Ini adalah kesempatan terakhirku untuk melakukan sesuatu yang produktif. Malam ini aku harus membawa kecerdasanku untuk menyelesaikan tulisan. 

Sebaiknya, aku mulai merancang kata-kata sebelum niat membuka email mendahului pikiranku. Astaga, email terlanjur kubuka dan itu membuatku bad mood. Kemajuan teknologi itu dapat membangun frustrasi sebab email mengenai pekerjaan esok sudah ada di folder masuk. Ya, besok sudah bekerja lagi.

Namun, mengesampingkan frustrasi itu dan hanya menulis bukanlah pilihan. Maka, aku merapikan dulu poin-poin penting pekerjaan besok sebelum beralih ke kegiatan hobiku.

Ini sudah larut dan sepertinya aku harus menunda semua inspirasi yang telah terkumpul seharian di dalam kepala. Aku sebaiknya pergi tidur dan beristirahat malam dengan baik. Mungkin besok aku bisa bangun lebih pagi dengan perspektif yang segar. Ya, selalu ada hari lain dan harapan untuk masa depan, atau ... seluruh proses bodoh menaklukkan writer's block akan terulang kembali.

--- 

-Shyants Eleftheria, salam Wong Bumi Serasan-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun