Selayaknya bidang pekerjaan, penulis pun dapat menjadi profesi yang dibanggakan. Untuk menjadi seorang yang profesional, penulis juga harus bersedia meluangkan waktu dan tenaga. Hal ini tentu berlaku bagi semua penulis, baik yang ingin mencari nafkah dari hasil menulis melalui platform, blogging, maupun media lainnya.
Sekarang ini, persaingan di dunia tulis-menulis sudah sangat ketat sehingga menemukan waktu untuk menulis bisa menjadi semacam tantangan. Keberhasilan menjadi penulis akan diperoleh jika kita bertahan dan terus memaksakan diri bergelut dengan kompleksnya urutan kata, kalimat, dan paragraf pada sebuah tulisan.
Kenyataan pahitnya, banyak penulis tidak berhasil menjadi profesional karena mereka tidak benar-benar mengerahkan tenaga terhadap tulisan mereka sendiri. Anda mungkin mengeluh dan merasa putus asa karena tidak mendapatkan progres atau kemajuan dari tulisan Anda. Apalagi, ketika melihat ke dalam diri sendiri dan mengajukan pertanyaan penting, seberapa banyak hasil tulisan yang sudah dibuat, Anda mungkin menemukan fakta bahwa ternyata Anda tidak melakukan kegiatan menulis sebanyak yang seharusnya.Â
Jadi, jika merasa kemajuan menulis lamban, sudah saatnya Anda bertanya kepada diri sendiri tentang hal-hal berikut ini.
Â
Apakah Anda memang meluangkan waktu untuk menulis?
Â
Tanyakan kepada diri sejenak, apakah Anda benar-benar meluangkan waktu untuk menulis dan apakah Anda benar-benar memprioritaskannya kegiatan menulis di atas tugas-tugas lain? Nah, untuk dapat membuat lebih banyak ruang menulis dalam hidup Anda, inilah saatnya Anda melakukannya jika ingin maju dan mencapai tujuan menjadi seorang penulis.
Â
Apakah Anda terlalu kritis terhadap kritikan?
Â
Apakah Anda sudah bersikap adil terhadap kritikan? Pengkritik tulisan, baik internal maupun eksternal, biasanya menjadi musuh terbesar dalam menulis. Entah karena terlalu ingin sempurna, entah karena terlalu banyak kesalahan, Anda akhirnya terus-menerus merendahkan diri sendiri dan merasa sangat sulit untuk tetap termotivasi menjadi seorang penulis yang baik.Â
Â
Kemungkinan lainnya, Anda memilih mengabaikan kaum kritikus, bahkan menghindari mereka, seolah-olah kritikus adalah monster yang ingin menguliti dan mencari-cari kesalahan tulisan Anda saja. Kecenderungan ini akhirnya bisa saja membuat Anda memilih jalan pintas dalam menulis, maksudnya menulis sesuka hati---Anda mungkin merasa bahwa tulisan Anda sudah baik---tanpa kaidah penulisan yang benar.Â
Buruknya lagi, sebuah pendapat penyanggahan pun muncul seolah-olah membenarkan hasil dari tulisan buruk Anda: asal banyak yang suka, menabrak aturan penulisan itu tidak menjadi persoalan---kasus-kasus plagiasi yang marak terjadi salah satunya disebabkan oleh kurangnya motivasi menjadi penulis yang baik dan jujur. Â
Â
Apakah Anda meluangkan waktu untuk belajar menulis?
Â
Menulis adalah keterampilan. Tidak ada keterampilan yang baik jika tidak terus dilatih. Kebutuhan untuk terus menguasai bahasa dan kaidah-kaidahnya merupakan investasi dan trik dagang yang penting bagi seorang penulis. Jadi, untuk bisa bertahan dalam kurun waktu yang panjang, Anda tidak hanya perlu menulis, tetapi juga perlu belajar menulis.
Â
Apakah kita memberikan semua perhatian untuk menulis?
Â
Ketidakfokusan menjadi momok yang menjengkelkan dalam menulis. Nah, seberapa besar keinginan Anda menghilangkan semua gangguan yang menyebabkan proses menulis terganggu? Alih-alih memikirkan cara terbaik untuk menghasilkan tulisan bagus, Anda mungkin mengkambinghitamkan gangguan yang hadir sebagai penyebab ketidakefektifan menulis.Â
Â
Apakah kita mengedit tulisan dengan benar?
Â
Ketika mengedit tulisan, apakah Anda melakukannya berkali-kali? Kesalahan yang kerap kali menghinggapi para penulis adalah tidak memastikan pekerjaannya benar-benar sempurna sebelum mempublikasikannya. Hal ini seharusnya bisa menjadi kesadaran bahwa Anda ternyata tidak benar-benar mendedikasikan diri ke dalam proses menulis.
Â
Jadi, pertanyaan garis besarnya adalah seberapa besar keinginan Anda menjadi seorang penulis?
Â
Â
--Shyants Eleftheria, salam Wong Bumi Serasan--
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI