Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktekkan apa yang telah ia lakukan. Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut, dan membuka sampulnya.
Si keledai menatap buku itu. Ajaib! Tidak lama kemudian si Keledai mulai membuka-buka buku itu dengan lidahnya terus menerus, lembar demi lembar hingga halaman terakhir. Setelah itu, si Keledai menatap Nasruddin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya.
“Demikianlah,” kata Nasruddin, “keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya.”
Timur Lenk merasa ada yang tidak beres dan mulai menginterogasi, “Bagaimana caramu mengajari dia membaca?”
Nasruddin berkisah, ”Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu, kalu tidak ditemukan biji gandumnya ia harus membalik halaman berikutnya. Dan itu ia lakukan terus sampai ia terlatih membalik-balik halaman buku itu.”
“Tapi, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya?” tukas Timur Lenk.
“Memang demikianlah cara keledai membaca: hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya,” kata Nasruddin dengan mimik serius.
---
-Shyants Eleftheria, salam Wong Bumi Serasan -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H