Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dia Itu Wanita Cantik

18 Desember 2020   11:21 Diperbarui: 18 Desember 2020   11:57 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi(pixabay.com)

*

"Suatu hari aku diterima bekerja sebagai supir pribadi Pak Abdul, seorang pengusaha kaya raya yang sangat terkenal. Pribadinya begitu sempurna di mataku. Baik, dermawan, dan tidak sombong. Kesehariannya juga tak pernah lepas dari ibadah," cerita Imran.

"Beberapa tahun bekerja padanya, ada perihal yang membuat aku tertarik dengan sikapnya. Beliau selalu menolak lamaran para lelaki tampan kaya bahkan pejabat-pejabat tinggi yang datang untuk anaknya. Jujur, selama berada di rumah pengusaha ini, aku memang belum pernah sekali pun melihat sosok putrinya itu. Kupikir tentulah anaknya sangat istimewa. Maka hatiku pun hampir meledak bahagia tatkala suatu ketika Pak Abdul meminta dengan sangat hormat kesediaanku untuk menjadi pendamping hidup putrinya tersebut."

Imran meneruskan kembali ceritanya. "Pak Abdul berharap pasti kepadaku. Entah apa yang dilihatnya. Padahal aku bukanlah orang yang sepadan dengan diri dan keluarganya. Sangat jauh perbedaan antara hidupku dengan hidup tuanku itu. Namun, Pak Abdul mengutarakan niatnya agar aku berkenan menjadi suami anaknya, walaupun ia tak memaksaku juga."

"Serasa mimpi dan tanpa berpikir dua kali, aku pun mengiyakan. Selanjutnya Pak Abdul menanyakan suatu hal kepadaku. Jika ada sesuatu yang tidak berkenan, apakah aku akan meninggalkan putrinya? Aku tidak mengerti maksud perkataannya. Seharusnya, akulah yang besar kemungkinan ditinggalkan. Mengingat posisiku yang berada di bawah. Akan tetapi, aku ikuti saja keinginannya dan berjanji tidak akan melakukan perbuataan buruk pada putrinya."

"Akhirnya Pak Abdul dan aku sepakat untuk segera melangsungkan pernikahan," cerita Imran.

Diman terdiam mendengarkan. "Lalu bagaimana? Tentu calon istrimu itu cantik luar biasa?" tanyanya.

"Sabarlah, biar aku selesaikan dulu ceritaku," jawab Imran singkat.

"Maka pernikahan pun dilaksanakan. Semua biaya ditanggung Pak Abdul. Setelah akad nikah dan jamuan tamu selesai, aku masuk ke kamar istriku. Semua yang hadir mengerumuniku dan mendoakan. Ketika pintu dan tirai terbuka, aku sungguh terkejut." Imran menelan ludah sesaat.

Kemudian dia melanjutkan. "Ternyata istriku tidaklah cantik seperti yang aku bayangkan. Wajahnya hitam sangat jauh dari kata rupawan. Sejujurnya ada perasaan marah dalam dada karena aku merasa telah ditipu. Namun, mengingat kebaikan Pak Abdul yang kuterima selama bekerja padanya, aku pun menahan emosi dan menerima apa yang sudah ditakdirkan kepadaku. Aku tertegun agak lama. Bukankah aku sudah berjanji untuk tidak meninggalkan putri Pak Abdul yang sudah sah menjadi istriku. Tiba-tiba melintas di kepalaku, mungkin inilah jodoh yang terbaik diberikan Allah kepadaku.” Imran menarik napas sebelum melanjutkan ceritanya kembali. Sementara Diman mendengarkan dengan seksama.

"Istriku langsung mendekatiku dan berkata, "Maafkan ayahku selama ini memegang rapat rahasia tentang aku. Kalau kecantikan yang engkau tuju, maka aku yakin pasti sangat berat yang kau rasakan saat ini. Jika kau mau, aku memiliki harta, kuijinkan kau menikahi lagi wanita lain yang cantik dengan hartaku itu. Namun, aku tetap akan mengabdi kepada engkau sebagai istri yang baik. Pintaku hanya satu, janganlah kau ceritakan kepada siapa pun rahasia ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun