Mohon tunggu...
Kosuman
Kosuman Mohon Tunggu... Konsultan - Manajemen, Tax Advisor, Profesional Hipnoterapi, Praktisi Metafisik Yijing, Trainer, Virtual Author Uni Eropa

Penulis merupakan Pemerhati dan Pecinta yang berkaitan erat dengan aspek holistik yakni: Sejarah, Adat, Budaya, Religi dan Alam (SABARA)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apakah Perayaan Cengbeng Merupakan Perayaan Agama?

28 Maret 2023   14:38 Diperbarui: 28 Maret 2023   15:12 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Artikel menarik untuk dikupas dari Perpektif Sejarah, Tradisi, Budaya maupun Agama secara holisitik dan jangan pernah melakukan justifikasi bila belum jelas asal usul perayaan besar Cengbeng bagi etnis Tionghoa. Perayaan Cengbeng diawali dari pengamatan leluhur tentang Astologi kuno, dimana 12 bulan didalam perhitungan Ganzili (kalender berdasarkan 10 Batang Langit dan 12 Cabang Bumi) meliputi 24 perubahan Alam/ Cuaca (peputaran Bumi terhadap Matahari dan Perputaran Bulan terhadap Bumi) maka diambil suatu kesimpulan penanggalan disebut Penanggalan Ganzili yang bertepatan pada Bulan Chen merupakan unsur Tanah Yang dalam kelompok Musim Semi bertepatan hari Cengbeng (Qing ming) juga merupakan peralihan Musim Semi ke Musim Panas atau disebut Lao Yang (YANG kuat) sehingga dapat merasakan cuaca panas dan terik sehingga perlu disikapi perubahan cuaca tersebut dapat mengakibatkan kesehatan terganggu, maka dari itu banyak mengkonsumsi Sayur-mayur, Buah-buahan banyak air dan banyak minum Air putih.

Awal sejarah bermula dari Kaisar Liu Bang pendiri  Dinasti Han (206 SM-220M), setelah mengalahkan Dinasti Qin beliau pulang ke kampung halamannya untuk berziarah ke makam orang tuanya,  ketika beliau sampai kekuburan orang tuanya menemukan rumput ilalang, banyak  batu nisan disana sudah kotor tidak terurus dan tulisanpun sudah buram, karena kena hujan dan panas kemudian Raja bersama penduduk kampung mencari dan mengalami kesulitan menemukan makam orang tuanya. Sehingga Kaisar Liu Bang berdoa agar diberikan petunjuk dengan melempar kertas berwarna-warni, bila kertas ini jatuh disalah satu makam maka makam itu merupakan makam orang tuanya, singkat cerita akhirnya  Kaisar Liu Pang  menemukan kuburan orang tuanya karena ada satu kertas merah jatuh diatas batu nisan yang merupakan makam orang tuanya. Akhirnya Perayaan Cengbeng merupakan hari membersihkan Kuburan dan melakukan ziarah ke makam leluhur atau orang tua.

Kemudian cerita rakyat kedua berasal dari Kaisar Zhu Yuan Zhang pendiri Dinasti Ming (1368M-1644 M), Kaisar Zhu berasal dari keluarga yang sangat miskin, karena itu dalam membesarkan dan mendidik Zhu Yuan Zhang, orangtuanya meminta bantuan kepada sebuah kuil. Ketika dewasa, Zhu Yuan Zhang memutuskan untuk bergabung dengan pemberontakan Sorban Merah, sebuah kelompok pemberontakan anti Dinasti Yuan (Mongol). Berkat kecakapannya, dalam waktu singkat ia telah mendapat posisi penting dalam kelompok tersebut yang kemudian menaklukkan Dinasti Yuan (1271-1368 M) sampai akhirnya  menjadi seorang Kaisar.Setelah menjadi kaisar, Zhu Yuan Zhang kembali ke desa untuk menjumpai orang tuanya. Sesampainya di desa ternyata orangtuanya telah meninggal dunia dan tidak diketahui keberadaan makamnya. Kemudian untuk mengetahui keberadaan makam orangtua nya, sebagai seorang kaisar, Zhu Yuan Zhang memberi titah kepada seluruh rakyatnya untuk melakukan ziarah dan membersihkan makam leluhur mereka masing-masing pada hari yang telah ditentukan. Selain itu, diperintahkan juga untuk menaruh kertas kuning diatas masing-masing makam, sebagai tanda makam telah dibersihkan. Setelah semua rakyat selesai berizarah, kaisar memeriksa makam-makam yang ada di desa dan menemukan makam-makam yang belum dibesihkan serta tidak diberi tanda. Kemudian kaisar menziarahi makam-makam tersebut dengan berasumsi bahawa diantara makam-makam tersebut pastilah merupakan makam orangtuanya, sanak keluarga dan leluhurnya. Hal ini kemudian dijadikan tradisi untuk setiap tahunnya.

Tujuan dari perayaan Ceng Beng ini sendiri adalah agar supaya semua kerabat dekat, saudara, anak-anak, bisa berkumpul bersama supaya hubungan semakin erat terjalin. Meski sudah berbeda agama atau kepercayaan, bukan berarti sudah tidak perlu datang untuk sekedar sungkem atau sekedar berkunjung ke makam orang tua. Itu salah besar! Ziarah ke kuburan orang tua tidak ada hubungannya dengan 'memuja setan'. Semua bisa menyesuaikan sesuai dengan keyakinan masing-masing. Ada yg berpendapat bahwa jika sudah masuk agama tertentu, sudah tidak perlu sembahyang ataupun sekedar untuk datang ke kubur orang tua, karena akan dianggap berhala dan sebagainya. Mestinya harus diingat juga, bahwa tanpa orang tua, kita-kita yang masih hidup tidak mungkin bisa ada di dunia. Jadi, jangan lupakan orang tua kita. Luangkanlah waktu karena Ceng Beng hanya setahun sekali.

Literasi diatas berdasarkan Sejarah, akhirnya menjadikan suatu tradisi bagi masyarakat Tionghoa yang berbudaya ribuan tahun dengan melakukan Perayaan Cengbeng menurut kepercayaan Agama masing-masing sesuai dengan toleransi beragama dinegeri tercinta Indonesia.  Bagaimana menurut ajaran dan tradisi Konghutju didalam perayaan Cengbeng/ Qing ming yang dilansir dari sebuah sumber yang mempunyai kompetensi didalam menjelaskan menurut ajaran Manusia tercerahkan yang disebut seorang Nabi Konghutju menurut Wakil Ketua Dewan International Confucian Association, Wakil Ketua  World Confucian Association, Ketua The Association Of Confucianism Malaysia, Ketua The Association Of Moral Uplifting Malaysia, Ketua Confucian Association Malaysia, Penasehat Perhimpunan Muda Mudi Tionghoa Indonesia, Dosen Pembimbing Chinese Classics, Mr Tan Kee Sang didalam kuliah umum beberapa waktu lalu.

Tradisi Hari sembahyang Cengbeng/ Qing ming di Tahun kelinci air (Gui Mao) 2023

Hari sembahyang Cengbeng/ Qing ming nya jatuh pada tanggal 5 April 2023, biasanya sembahyang ke kuburan pada periode 10 hari sebelum 5 April sampai 8 hari sesudahnya.

Hari sembahyang Qing Ming/ Cheng Beng adalah rangkaian perbuatan berbakti, merupakan hari bagi orang tionghoa bersembahyang untuk mengenang leluhur dan orang tua yang telah meninggal dunia.

Tahun 2023, hari baik untuk bersembahyang kekuburan disaat Chengbeng diupayakan pada pagi hari

Tanggal 26 maret 2023, Minggu, waktu sembahyang jam 05:00 sampai jam 13.00, tidak baik bagi yang bershio kuda

Tanggal 27 maret 2023, Senin, waktu sembahyang jam 06:00 sampai jam 11.00, tidak baik bagi yang bershio ayam

Tanggal 30 maret 2023, Kamis,waktu sembahyang jam 11 sampai jam 15.00, tidak baik bagi yang bershio naga

Tanggal 1 April 2023, Sabtu, waktu sembahyang jam 05:00 sampai jam 13.00, tidak baik bagi yang bershio kambing

Tanggal 5 April 2023, Rabu,waktu sembahyang sebelum jam 13.00, baik bagi semua shio

Tanggal 8 april 2023, Sabtu, waktu sembahyang jam 09:00 sampai jam 17.00, tidak baik bagi yang bershio naga

Tanggal 12 april 2023, Rabu, waktu sembahyang jam 05:00 sampai jam 11.00, tidak baik bagi yang bershio kuda

Wajib diinggat:

Sembahyang di pagi hari lebih baik, karena penuh dengan energi "Yang" 

Usia masih kecil (anak dibawah usia 9 tahun) tidak baik ikut bersembahyang ke kuburan.

Ibu hamil tidak baik ikut sembahyang ke kuburan.

Pada saat sembahyang di kuburan, pertama sembahyang di bio Pek Kong dulu, kemudian lanjut ke sembahyang kuburan.

Jangan menginjak atau melangkahi punggung kuburan.

Harus  menjaga kesopanan perkataan, jangan berdebat atau bertengkar dikuburan

Anak cucu yang membersihkan sendiri kuburan leluhur, barulah bisa mendapatkan berkah

Pola sembahyang kepercayaan Agama Konghutju:

Ketika bersembahyang kuburan , boleh menancapkan 3 dupa pada kuburan disekitarnya

Terlebih dulu sembahyang pada altar malaikat bumi, baru dilanjut sembahyang pada leluhur. Dahulukan pasang lilin baru pasang dupa, jumlah dupa 3 batang,  diberikan sembahyang dimulai terlebih dahulu bagi  senior/ tua,  kemudian  giliran terakhir yang muda.

Sesajian adalah makanan yang boleh dimakan. makanan yang masih terbungkus wajib dibuka.

Membakar/menyempurnakan kim gin cua, baju kertas atau ming qi, di bakar di sisi kanan depan nya kuburan.

Tunggu sampai dupa sudah terbakar 2/3 bagian, baru boleh bakar/menyempurnakan kim gin cua, baju kertas atau ming qi nya.

Membakar/menyempurnakan kim gin cua dilakukan satu per satu lembarnya, atau yang tersusun, tidak boleh dilempar ke api sekaligus. Lakukan dengan hormat baru lah bisa beroleh berkah.

Kim gin cua, baju kertas, ming qi yang koyak/ rusak/ tidak sempurna tidak boleh dibakar/ disempurnakan. Tali pengikatnya, atau kertas mereknya tidak boleh ikut dibakar.

Bakar/ menyempurnakan kim gin cua, baju kertas, ming qi, tidak boleh diaduk, setelah dibakar/ disempurnakan lalu di siramkan arak dan sayuran sesajian, kemudian sesajian boleh disimpan/ bawa pulang.

Setelah selesai sembahyang harus dibersihkan tempatnya, jangan tinggalkan tempatnya kotor, barulah mendapatkan berkah.

Diarea kuburan tidak boleh sembarang buang sampah, agar tidak menimbulkan kemarahan, semua sampah harus dibawa keluar dari area kuburan.

Lebih baik jangan membakar petasan, dunia arwah adalah hening dan damai, bila membunyikan petasan, jangan mengenai kuburan lain.

Pakaian peziarah jangan yang terbuka, jangan pakai celana pendek. Bersembahyang adalah seperti menjamu tamu terhormat, bila tidak sopan lebih baik jangan sembahyang.

Orang yang datang nya belakangan, tidak perlu membersihkan kuburan lagi, cukup menaikkan sesajian dan sembahyang .

Shio ciong dengan hari nya, cukup di sakunya taruh sepotong kain merah sudah bisa menangkal ciong nya.

Pulang dari sembahyang kuburan, mandilah air bunga

Sesajian sembahyang kuburan yang dibawa pulang, dibagi pada keluarga makan bersama, makanan ini membawa berkah.

Sembahyang ke kuburan hari Cengbeng nya pilihlah hari baik.

Pada tanggal 05 april, 2023 lakukan sembahyang leluhur di rumah.

Demikian sedikit ulasan tentang Sejarah, Tradisi, Budaya yang pelaksanaanya dapat dilakukan menurut kepercayaan masing-masing akan tetapi tidak menghilangkan makna hakiki dari Festival Cengbeng/ Qingming sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun