Kedua, kampanye berbasis data. Inilah repotnya pemilih milenial dibanding tipologi pemilih tradisional. Para milenial tergolong pemilih kritis juga idolog yang kerap kali "berpindah hati" jikalau calon pemimpinnya mencla-mencle berterotika tanpa data yang jelas.Â
Hal ini sudah dirakan Sandi Uno dengan pernyataan tempe setipis kartu ATM yang akhirnya ramai-ramai menuai "nyinyiran" netizen. Pokoknya, milenial itu lebih suka suguhan kampanye bergaya infografis yang menyatukan banyak informasi dalam satu frame ketimbang berpidato yang berpotensi "keseleo lidah".  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H