Mohon tunggu...
Shulhan Rumaru
Shulhan Rumaru Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Aksara

Penikmat Aksara

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Jokowi Jangan Jemawa Meski Kans Menang Besar

5 Desember 2018   01:51 Diperbarui: 5 Desember 2018   12:36 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi dalam peringatan hari antikorupsi sedunia yang digelar Komisi Pemberantasan Korupsi, di Jakarta, Selasa (4/11/2018). (KOMPAS.com/Ihsanuddin)

Saya ingin mengutip data dari APJII yang merilis bahwa penetrasi pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 143 jutaan user di akhir 2017 lalu dan cenderung meningkat tahun 2018 ini. 

Penggunaan internet pun bakal semakin spesifik ranahnya, sebab tahun ini hingga 2019 mendatang seluruh konsentrasi kita diarahkan untuk membicarakan hajat 5 tahunan, PILPRES.

Data yang saya dapatkan, sekitar 49.52 persen adalah pengguna milenial di usia 19-34 tahun dengan prosentase 87.13 persen senang mengakses medsos dengan tingkat pembicaraan politik mencapai 36.94 persen. Ibarat kata nih, mereka-mereka ini lagi genit-genitnya mencari identitas diri dan cenderung kritis menyikapi realitas sekitaran.

Data pribadi yang saya dapatkan dari APJII
Data pribadi yang saya dapatkan dari APJII
Kalau Jokowi lengah dengan fakta di atas, tentu saja para millennials akan "ngoceh" sepanjang hari hingga tranding topic di twitter dan platform medsos lainnya. Untungnya, belakangan yang kerap kali membuat blunder adalah Prabowo-Sandi dengan sejumlah kasus hoax, keceletot lidah, hingga adap berziarah.

Menyikapi persoalan ini, sekalipun Jokowi masih di atas angin, tapi saya ingin berbagi sedikit perspektif strategi "serangan darat" yang dapat dimainkan tim pemenangan petahana:

Pertama, gencar mengaktifkan saluran komunikasi face to face informal. Jokowi-Ma'ruf harus meneruskan tradisi blusukan yang sudah menjadi trade mark mereka untuk bersilaturahim ke kantung-kantung pemilih.

Kedua, memanfaatkan ketokohan Kiai Ma'ruf untuk terus merapat ke jejaring struktur sosial tradisional, seperti ulama, publik figur, atau ke pesantren dan sekolah-sekolah keagamaan.

Ketiga, merangkul struktur input, seperti pendekatan ke serikat pekerja, kelompok kepentingan, yanag dapat dimanfaatkan sebagai medium penjaring opini publik.

Keempat, memaksimalkan struktur output. Kalau ini, sudah jelas jadi kekuatan Jokowi-Ma'ruf, sebab mereka adalah petahana dengan segala keunggulan pengendalian sistem.

Selain 4 cara ini, menghadapi pemilih milenial yang cukup signifikan di angka 70-80 juta dari total 193 juta pemilih, tentulah butuh pendekatan khusus. Prosentase mereka yang mencapai 35-40 persen ini, wajib dijaring dengan gaya milenial. Caranya?

Pertama, kampanye kreatif. Pedekate ke pemilih milenial harus sesuai "habitat" mereka. Timses Jokowi tidak bisa mengandalkan canvassing strategy dengan perjumpaan muka saja, melainkan melakukan sapa canda di kanal virtual. Teknik persuasi lewat media sosial akan lebih ampuh membetot perhatian para milenials.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun