Saya ingin mengutip data dari APJII yang merilis bahwa penetrasi pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 143 jutaan user di akhir 2017 lalu dan cenderung meningkat tahun 2018 ini.Â
Penggunaan internet pun bakal semakin spesifik ranahnya, sebab tahun ini hingga 2019 mendatang seluruh konsentrasi kita diarahkan untuk membicarakan hajat 5 tahunan, PILPRES.
Data yang saya dapatkan, sekitar 49.52 persen adalah pengguna milenial di usia 19-34 tahun dengan prosentase 87.13 persen senang mengakses medsos dengan tingkat pembicaraan politik mencapai 36.94 persen. Ibarat kata nih, mereka-mereka ini lagi genit-genitnya mencari identitas diri dan cenderung kritis menyikapi realitas sekitaran.
Menyikapi persoalan ini, sekalipun Jokowi masih di atas angin, tapi saya ingin berbagi sedikit perspektif strategi "serangan darat" yang dapat dimainkan tim pemenangan petahana:
Pertama, gencar mengaktifkan saluran komunikasi face to face informal. Jokowi-Ma'ruf harus meneruskan tradisi blusukan yang sudah menjadi trade mark mereka untuk bersilaturahim ke kantung-kantung pemilih.
Kedua, memanfaatkan ketokohan Kiai Ma'ruf untuk terus merapat ke jejaring struktur sosial tradisional, seperti ulama, publik figur, atau ke pesantren dan sekolah-sekolah keagamaan.
Ketiga, merangkul struktur input, seperti pendekatan ke serikat pekerja, kelompok kepentingan, yanag dapat dimanfaatkan sebagai medium penjaring opini publik.
Keempat, memaksimalkan struktur output. Kalau ini, sudah jelas jadi kekuatan Jokowi-Ma'ruf, sebab mereka adalah petahana dengan segala keunggulan pengendalian sistem.
Selain 4 cara ini, menghadapi pemilih milenial yang cukup signifikan di angka 70-80 juta dari total 193 juta pemilih, tentulah butuh pendekatan khusus. Prosentase mereka yang mencapai 35-40 persen ini, wajib dijaring dengan gaya milenial. Caranya?
Pertama, kampanye kreatif. Pedekate ke pemilih milenial harus sesuai "habitat" mereka. Timses Jokowi tidak bisa mengandalkan canvassing strategy dengan perjumpaan muka saja, melainkan melakukan sapa canda di kanal virtual. Teknik persuasi lewat media sosial akan lebih ampuh membetot perhatian para milenials.