Mohon tunggu...
Shonia Pakpahan
Shonia Pakpahan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - S1

Hanya seorang mahasiswi biasa yang sedang belajar berkomunikasi melalui penulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

100 Guru Bali: Aku Peduli Pendidikan Anak Bangsa

29 Oktober 2018   10:13 Diperbarui: 2 Maret 2020   09:46 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1 - Foto bersama adik-adik kelas 4 SDN 2 Tegaljadi, Tabanan. (Doc. 1000 Guru Bali)

Satu kata yang mewakili perasaan saya waktu itu, yaitu bahagia. Melihat antusias anak-anak dalam belajar membuat hati saya bergetar. Memang terlihat berlebihan, tetapi itulah faktanya. Apalagi di saat anak-anak memahami apa yang kita sampaikan, rasanya wow banget sampai susah dijelaskan dengan kata-kata. Senyum dan tawa mereka masih terekam jelas dalam ingatan. 

Biasanya saya merasa bahagia setelah mendapat sesuatu. Namun untuk kali ini saya merasa bahagia setelah memberi sesuatu. Pemberiaan saya memang tidak sebesar jasa guru sesungguhnya. Bahkan saya perlu lebih banyak belajar lagi untuk mengajar anak-anak. Belajar lagi untuk pendekatan kepada anak SD, metode pengajaran, dan lainnya mengenai pendidikan. Saya mengakui hal kecil yang saya lakukan masih kurang. Tetapi saya meyakini dengan hal kecil yang diberikan setidaknya dapat bermanfaat untuk anak-anak SDN 2 Tegaljadi Tabanan.

MENDAPAT  TEGURAN

Selain mendapatkan kebahagiaan batin, saya juga mendapatkan teguran yang membuat lebih mensyukuri hidup yang ada. Dari pengalaman ini, saya menyadari bahwa masa sekolah dulu tidak sesemangat anak SD yang saya ajarkan ini. Bahkan, saya tidak memanfaat waktu sekolah dengan belajar yang baik.

Sempat merasa bersalah kepada Tuhan. Saya ditakdirkan hidup di tengah keluarga yang mampu, tetapi saya tidak mensyukurinya.  Dulu seringkali saya membalas hasil jerih payah orangtua dengan bermalasan-malasan, sering bermain, dan sebagainya. Alhasil, pencapaianku semasa sekolah tidaklah maksimal. Saya baru menyadari kesalahanku menjelang masuk perguruan tinggi negeri. Walau telat menyadarinya, Tuhan tetap memberiku kesempatan untuk menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri di Bali.

Tetapi, yang lalu biarlah berlalu. Hal buruk yang saya lakukan dulu, saya jadikan pelajaran untuk ke depannya. Saya sangat bersyukur, melalui kegiatan 1000 Guru Bali ini saya semakin sensitif mengenai pendidikan. 

Itulah yang bisa saya sampaikan melalui tulisan ini. Saya menulis bukan sekadar berbagi pengalaman, tetapi ada harapan terselubung untuk ke depannya. Saya berharap semakin banyak pemuda dan pemudi  Indonesia yang juga peduli dengan pendidikan untuk seluruh anak bangsa. Tidak hanya sekedar mengkritik mengenai sistemnya, tetapi juga memiliki tindakan nyata untuk mengatasinya.

Editor: Septa Kurnia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun