Satu kata yang mewakili perasaan saya waktu itu, yaitu bahagia. Melihat antusias anak-anak dalam belajar membuat hati saya bergetar. Memang terlihat berlebihan, tetapi itulah faktanya. Apalagi di saat anak-anak memahami apa yang kita sampaikan, rasanya wow banget sampai susah dijelaskan dengan kata-kata. Senyum dan tawa mereka masih terekam jelas dalam ingatan.Â
Biasanya saya merasa bahagia setelah mendapat sesuatu. Namun untuk kali ini saya merasa bahagia setelah memberi sesuatu. Pemberiaan saya memang tidak sebesar jasa guru sesungguhnya. Bahkan saya perlu lebih banyak belajar lagi untuk mengajar anak-anak. Belajar lagi untuk pendekatan kepada anak SD, metode pengajaran, dan lainnya mengenai pendidikan. Saya mengakui hal kecil yang saya lakukan masih kurang. Tetapi saya meyakini dengan hal kecil yang diberikan setidaknya dapat bermanfaat untuk anak-anak SDN 2 Tegaljadi Tabanan.
MENDAPAT Â TEGURAN
Selain mendapatkan kebahagiaan batin, saya juga mendapatkan teguran yang membuat lebih mensyukuri hidup yang ada. Dari pengalaman ini, saya menyadari bahwa masa sekolah dulu tidak sesemangat anak SD yang saya ajarkan ini. Bahkan, saya tidak memanfaat waktu sekolah dengan belajar yang baik.
Sempat merasa bersalah kepada Tuhan. Saya ditakdirkan hidup di tengah keluarga yang mampu, tetapi saya tidak mensyukurinya. Â Dulu seringkali saya membalas hasil jerih payah orangtua dengan bermalasan-malasan, sering bermain, dan sebagainya. Alhasil, pencapaianku semasa sekolah tidaklah maksimal. Saya baru menyadari kesalahanku menjelang masuk perguruan tinggi negeri. Walau telat menyadarinya, Tuhan tetap memberiku kesempatan untuk menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri di Bali.
Tetapi, yang lalu biarlah berlalu. Hal buruk yang saya lakukan dulu, saya jadikan pelajaran untuk ke depannya. Saya sangat bersyukur, melalui kegiatan 1000 Guru Bali ini saya semakin sensitif mengenai pendidikan.Â
Itulah yang bisa saya sampaikan melalui tulisan ini. Saya menulis bukan sekadar berbagi pengalaman, tetapi ada harapan terselubung untuk ke depannya. Saya berharap semakin banyak pemuda dan pemudi  Indonesia yang juga peduli dengan pendidikan untuk seluruh anak bangsa. Tidak hanya sekedar mengkritik mengenai sistemnya, tetapi juga memiliki tindakan nyata untuk mengatasinya.
Editor: Septa Kurnia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H