Mohon tunggu...
Mohamad Sholihan
Mohamad Sholihan Mohon Tunggu... wartawan -

Marbot Masjid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebajikan Itu Seperti Matahari

31 Oktober 2015   08:30 Diperbarui: 31 Oktober 2015   09:57 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Aku bisa mendoakanmu bisa melihat kembali. Tapi jika kamu sabar dengan kebutaanmu, kamu akan masuk surga,” jawabnya.

“Kau pilih mana?”

“Aku pilih tetap buta.”

Islam selalu memberikan aura positif pada setiap keadaan. Islam tetap menganggap baik menghadapi segala macam kondisi. Orang miskin masuk surga dengan dzikirnya, orang kaya masuk surga dengan zakat dan sedekah hartanya. Yang kaya, tidak dicela sedangkan yang miskin tetap mendapat tempat. Berbeda dengan sosialis, yang kaya dicela, sedangkan orang kapitalis, yang miskin dicela. Dalam Islam, yang kaya ada tempat dan yang miskin juga ada tempat.

Di bagian lain, Muhsinin menguraikan tentang pentingnya mengucapkan salam. Salam itu salah satu simbol keberadaan Islam. Apa bedanya selamat pagi, siang, dan malam dengan salam? Menurutnya, berbeda. Kalau dipandang dari sudut kata-kata, mungkin tidak terlalu jauh. Kalau ada orang yang mengatakan selamat untukmu sebagai pengganti salam, hal itu berbeda dengan kalimat Assalamualaikum.

Dunia ini sebenarnya merupakan pertarungan simbol. Simbol umat Islam, salah satunya adalah salam. Ini harus kokoh dan menjadi budaya komunikasi antar masyarakat. Kalau salam sudah masuk sebagai budaya dalam masyarakat berarti mewakili budaya yang masuk dan biasanya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

Salam bisa menimbulkan suasana batin yang baik terhadap sesama muslim. “Salam adalah simbol kedamaian yang kita tebarkan kepada sesama. Dengan memberikan salam berarti kita mengharapkan timbulnya kedamaian untuk semuanya,” katanya.

Menurut pengamatannya, orang yang ahli mengucapkan salam, tapi shalatnya tidak rutin, hal seperti itu jarang terjadi. Biasanya kalau orang yang ahli salam, shalatnya dijamin istikomah (rutin), karena hal itu mewakili situasi. Karena perjuangan simbol biasanya perjuangan akhir. Tapi bisa saja yang terjadi sebaliknya. Rajin mengucapkan salam, tapi jarang shalat. Seperti seorang wanita yang selalu memakai jilbab, tapi jarang shalat. Jilbab juga merupakan simbol.

Mengucapkan salam hukumnya sunah, tapi menjawabnya hukumnya wajib. Hadirnya kewajiban menjawab salam karena ada yang memulai mengucapkan salam. Dalam Al-Qur’an disebutkan, “Kalau engkau mendapat penghormatan, maka jawablah yang lebih baik atau sama.”

Nabi Muhammad melarang seseorang duduk-duduk di jalan. Kalau terpaksa harus duduk, maka berilah hak jalan bagi orang yang lewat, tundukkan pandangan mata, jangan menyakiti orang, menjawab salam, dan menyuruh orang lain berbuat baik dan mencegah perbuatan buruk.

Salam adalah simbol konsepsi besar antar muslim dalam memulai komunikasi dengan sesamanya. Sesungguhnya salam bagian dari cara orang untuk menebar kasih sayang terhadap sesama, karena salam itu merupakan doa sekaligus mengisyaratkan suatu nilai besar. Salam juga menebar kedamaian terhadap sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun