Seperti biasa, kita akan mulai penjelasan dari hal gambaran sederhana mengenai apa yang ditampilkan oleh peta tematik. Sebagian besar daerah dengan prodktivitas padi tertinggi berada di Jawa Timur seperti Banyuwangi, Blitar, Kediri, Ponorogo, Madiun, Magetan, Ngawi, Jombang, dan Nganjuk. Kondisi produktivitas tertinggi di Jawa Tengah tidak begitu berubah yaitu Sragen, Grobogan, Demak, dan Cilacap tetap dengan produktivitas tertinggi. Di Jawa Barat, pergeseran daerah produktivitas tertinggi terjadi antara Tasikmalaya dengan Bandung. Selain itu, Karawang telah mampu meningkatkan produktivitas menjadi berada di kelas 6-7 ton/ha. Peta tematik produktivitas padi tahun 2021 di Pulau Jawa menunjukkan situasi yang kontras dengan produktivitas padi di tahun sebelumnya. Namun demikian, kondisi jelasnya mengenai naik-turun dari setiap wilayah masih belum terlihat dari peta tematik produktivitas padi tahun 2021. Oleh karena itu, perhatikan peta tematik berikut yang menunjukkan kenaikan atau penurunan produktivitas padi di Pulau Jawa dalam satuan persen:
Berdasarkan peta tematik pertumbuhan produktivitas padi dari tahun 2020 hingga 2021 terlihat, wilayah dimana saja yang mengalamai kenaikan atau penurunan produktivitas padi di Pulau Jawa. Berdasarkan keterangan atau legenda, penurunan terendah dimulai dari sekitar -30% dab kenaikan tertinggi mendekati angka 40%; Wilayah dengan kenaikan dari 8% hingga 40% adalah Karawang, Bandung, Pangandaran, Cirebon, Gunungkidul dan Kulon Progo di daerah Yogyakarta, daerah pesisir pantai selatan Jawa Timur seperti Trenggalek, Tulungagung, dan Blitar. Kenaikan protas juga dapat ditemui di ujung Pulau Jawa daerah Banyuwangi. Di sisi lain, banyak wilayah di Pulau Jawa mengalami penurunan produktivitas padi. Wilayah yang dominan mengalami penurunan produktivitas adalah daerah Bojonegoro hingga Gresik dan sebagian besar Pulau Madura. Perubahan yang kontras juga terlihat di Jawa Barat seperti Tasikmalaya dan Majalengka. Di Jawa Tengah ada daerah Tegal, Brebes, dan Semarang yang mengalami penurunan produktivitas dari tahun 2020.
Peta tematik kenaikan dan penurunan produktivitas padi di Pulau Jawa selama pandemi, memberitahukan kita satu hal bahwa dampak pandemi dapat mengubah status daerah produsen padi di Pulau Jawa. Selain itu, jumlah kelas persentase kenaikan atau kenurunan memilki lebih banyak kelas dengan rentang negatif. Sehingga, dapat disimpulkan sebagian besar daerah di Pulau Jawa mengalami penurunan produktivitas padi selama pandemi. Kemudian, apa dampak dari penurunan dan kenaikan produktivitas padi ini? Sudah jelas bahwa padi sebagai sumber beras merupakan bahan pangan utama masyarakat di Pulau Jawa. Kenaikan dan penurunan produktivitas merupakan indikator dasar dari kestabilan pemenuhan pangan utama. Mengingat, penduduk yang tinggal di Pulau Jawa sangat banyak dan secara otomatis membutuhkan stok pangan (padi) yang banyak pula.
Aspek SDM juga berpengaruh
Berkaitan dengan penduduk di Pulau Jawa yang hampir menyamai jumlah penduduk Negara Rusia, maka ada di benak kita tentang bagaimana ‘proporsi’ antara jumlah penduduk dengan produksi padi. Kita lihat dari sisi produksi, bukan dari konsumsi karena kegiatan produksi selalu diharapkan untuk naik setiap tahun demi mengimbangi konsumsi. Logikanya, jika makan nasi setiap hari, maka produksi padi dari panen harus bisa memenuhi nasi. Di sisi lain, kita harus ingat bahwa panen padi tidak dilakukan setiap hari tetapi hanya 3-4 kali saja tiap tahun. Berdasarkan fakta dan logika ini, maka seberapa besar produksi padi yang dihasilkan oleh setiap orang penduduk di Pulau Jawa? Pertanyaan ini akan dijawab melalui sebuah peta tematik sederhana berikut ini:
 Berdasarkan gambar peta tematik produksi padi per kapita pada tahun 2020, terlihat bahwa wilayah dengan produksi per kapita tertinggi (30-96 kw/jiwa) berada di ujung barat Pulau Jawa sekitar Banten, utara Pulau Jawa daerah Karawang, Subang, Indramayu, Demak, Pati, Tuban, dan Lamongan. Daerah selatan Pulau Jawa meliputi Cilacap, Purworejo, Wonogiri, dan Ponorogo. Menariknya, daerah dengan produksi perkapi tertinggi berkumpul di sekitar perbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah yang terdiri atas Ngawi, Magetan, Madiun, Naganjuk, Bojonegoro, Blora, Sragen, Grobogan, dan Semarang. Satu hal lagi yang menarik adalah terdapat satu wilayah di ujung timur Jawa Timur yang memiliki produksi tinggi yaitu Bondowoso dan satu-satunya di eks-karesidenan Besuki dengan kelas produksi perkapita tertinggi.
Kesimpulan yang dapat diambil secara umum dari peta tematik produksi per kapita tahun 2020 adalah mayoritas daerah di Pulau Jawa memiliki produksi per kapita sekitar 13 kw/jiwa hingga 20 kw/jiwa. Sementara terdapat daerah yang berada di kelas menengah yaitu memiliki produksi padi perkapita sekitar 20 kw/jiwa dan 30 kw/jiwa. Aspek sumber daya manusia dalam hal ini petani memainkan peranan penting dalam menghasilkan padi dari setiap musim tanam. Penurunan jumlah petani padi akan sangat mempengaruhi produksi padi per kapita di Pulau Jawa. Bisa saja, selama masa pandemi petani padi beralih profesi dari petani menjadi profesi-profesi lain untuk mempertahankan kondisi kas keluarga agar tetap seimbang. Sehingga menyebakan produksi padi selama pandemi turun. Meskipun, sekali lagi banyak faktor yang mempengaruhi naik-turun produksi padi di dalam satu lahan dalam satu musim panen.
Sumber Rujukan:
Baldick, J. (2013). Ancient religions of the Austronesian world: From Australasia to Taiwan. I.B. Tauris : Distributed in the United States and Canada exclusively by Palgrave Macmillan.
Kasnowihardjo, G. (2020). MELACAK JEJAK BUDAYA AUSTRONESIA DI KAWASAN PANTURA P. MADURA PADA MASA PRASEJARAH – PROTOSEJARAH . Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat, 19–29. https://doi.org/10.24164/prosiding.v3i1.3
Nastiti, T. S. (2020). Dewi Sri Dalam Kepercayaan Masyarakat Indonesia. Tumotowa, 1–12. https://doi.org/10.24832/tmt.v3i1.48
Sugita, I. W., Suteja, I. W., & Rema, I. N. (2021). PEMULIAAN DEWI SRI DALAM AKTIVITAS DOMESTIKASI PADI DI BALI. Forum Arkeologi, 34(2), 101. https://doi.org/10.24832/fa.v34i2.704