Mohon tunggu...
shofwatuzzahro
shofwatuzzahro Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030105_UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

live in magic shop

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pasar Triwindu, Pusatnya Barang Antik

7 Juni 2023   22:47 Diperbarui: 7 Juni 2023   23:37 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasar Triwindu disebut sebagai pusatnya penjualan barang-barang antik. Pasar ini terletak di kota Solo tepatnya di Jl. Diponegoro, kelurahan Keprabon, kecamatan Banjarsari, kota Surakarta, Jawa Tengah atau berada sekitar 350m dari sisi selatan Pura Mangkunegara. 

Pasar ini dibangun pada tahun 1939, dan sudah berdiri selama lebih dari tujuh dasawarsa. Awalnya, pasar ini bernama pasar Windujenar, namun seiring berjalannya waktu pasar ini berganti nama menjadi pasar Triwindu. 

Pasar ini dibangun bertepatan dengan 24 tahun atau 3 windu kenaikan tahta Mangkunegara VII. Di situlah asal mula nama Triwindu terbentuk, tri artinya 3 dan windu artinya 8 tahun. Pasar Triwindu dibuka dan diresmikan pada 17 Juni 2011 oleh walikota Surakarta, Joko Widodo.

Dahulu, pasar ini hanyalah pasar kecil dengan penjual yang masih sedikit. Saat itu yang mereka jajakan adalah kue-kue tradisional, pakaian, majalah dan koran. Mereka menjual barang dagangannya hanya dengan meja-meja sederhana. 

Seiring berjalannya waktu banyak para penjual yang mulai mendirikan kios sendiri, yang tadinya menjual barang kebutuhan sehari-hari pun berubah menjadi pasar yang menjual barang antik.

Dulu, pasar ini mempunyai peranan penting pada masa penjajahan Jepang. Saat itu, karena keadaan ekonomi yang sulit membuat banyak bangsawan menjual barang antik dan koleksi seni mereka disini untuk mencukupi kebutuhan hidup. 

Banyak pedagang pasar Triwindu yang menganggap pasar ini sudah seperti rumah sendiri. Pasalnya, kebanyakan pedagang di Pasar Triwindu akan mewariskan tempat jualannya kepada anak dan cucunya, yang kemudian mengambil alih bisnis barang antik keluarga. 

Pada Juli 2008, pasar ini diperbarui mengikuti arsitektur kota Solo. Lahan yang digunakan para pedagang untuk berjualan tadinya hanya satu lantai.

Namun, pemerintah kota Solo menambahkan satu tingkat sehingga menjadi dua lantai agar para pedagang yang tadinya berhimpit-himpitan bisa mendapatkan tempat yang lebih luas dan nyaman untuk berjualan.

Terdapat sekitar 200an pedagang yang menjajakan koleksinya, baik di lantai satu maupun dua. Di lantai satu terdapat barang-barang antik dan kuno seperti, uang kuno, peralatan rumah tangga lawas, senjata pusaka, kamera tua, topeng, baju batik/kebaya lawas dsb. Sedangkan di lantai kedua kebanyakan terdapat onderdil kendaraan tua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun