Pasar Triwindu disebut sebagai pusatnya penjualan barang-barang antik. Pasar ini terletak di kota Solo tepatnya di Jl. Diponegoro, kelurahan Keprabon, kecamatan Banjarsari, kota Surakarta, Jawa Tengah atau berada sekitar 350m dari sisi selatan Pura Mangkunegara.Â
Pasar ini dibangun pada tahun 1939, dan sudah berdiri selama lebih dari tujuh dasawarsa. Awalnya, pasar ini bernama pasar Windujenar, namun seiring berjalannya waktu pasar ini berganti nama menjadi pasar Triwindu.Â
Pasar ini dibangun bertepatan dengan 24 tahun atau 3 windu kenaikan tahta Mangkunegara VII. Di situlah asal mula nama Triwindu terbentuk, tri artinya 3 dan windu artinya 8 tahun. Pasar Triwindu dibuka dan diresmikan pada 17 Juni 2011 oleh walikota Surakarta, Joko Widodo.
Dahulu, pasar ini hanyalah pasar kecil dengan penjual yang masih sedikit. Saat itu yang mereka jajakan adalah kue-kue tradisional, pakaian, majalah dan koran. Mereka menjual barang dagangannya hanya dengan meja-meja sederhana.Â
Seiring berjalannya waktu banyak para penjual yang mulai mendirikan kios sendiri, yang tadinya menjual barang kebutuhan sehari-hari pun berubah menjadi pasar yang menjual barang antik.
Dulu, pasar ini mempunyai peranan penting pada masa penjajahan Jepang. Saat itu, karena keadaan ekonomi yang sulit membuat banyak bangsawan menjual barang antik dan koleksi seni mereka disini untuk mencukupi kebutuhan hidup.Â
Banyak pedagang pasar Triwindu yang menganggap pasar ini sudah seperti rumah sendiri. Pasalnya, kebanyakan pedagang di Pasar Triwindu akan mewariskan tempat jualannya kepada anak dan cucunya, yang kemudian mengambil alih bisnis barang antik keluarga.Â
Pada Juli 2008, pasar ini diperbarui mengikuti arsitektur kota Solo. Lahan yang digunakan para pedagang untuk berjualan tadinya hanya satu lantai.
Namun, pemerintah kota Solo menambahkan satu tingkat sehingga menjadi dua lantai agar para pedagang yang tadinya berhimpit-himpitan bisa mendapatkan tempat yang lebih luas dan nyaman untuk berjualan.
Terdapat sekitar 200an pedagang yang menjajakan koleksinya, baik di lantai satu maupun dua. Di lantai satu terdapat barang-barang antik dan kuno seperti, uang kuno, peralatan rumah tangga lawas, senjata pusaka, kamera tua, topeng, baju batik/kebaya lawas dsb. Sedangkan di lantai kedua kebanyakan terdapat onderdil kendaraan tua.Â
Harga yang ditawarkan pun bervariasi, mulai dari ribuan rupiah, ratusan ribu, hingga jutaan rupiah. Pengunjung yang datang sebagian besar dari luar kota bahkan ada yang datang dari mancanegara.Â
Pasar Triwindu ini selain digunakan sebagai untuk jual-beli tetapi juga dijadikan sebagai tujuan wisata, ada yang datang hanya untuk melihat-lihat dan berfoto saja.Â
Namun, banyak dari mereka yang juga membeli barang antik yang dijajakan di pasar ini. Ada yang membeli untuk dijadikan koleksi, ada juga yang membeli untuk dijual kembali. Tren barang antik yang dicari pembeli pun selalu berganti sesuai jamannya.Â
Pasar Triwindu ini buka setiap hari pukul 09.00 sampai 16.00 WIB. Untuk kalian yang suka dengan barang antik, wajib banget ke pasar Triwindu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H