Mohon tunggu...
Shofwan Karim
Shofwan Karim Mohon Tunggu... Dosen - DR. H. Shofwan Karim Elhussein, B.A., Drs., M.A.

Shofwan, lahir 12 Desember 1952, Sijunjung Sumatera Barat. Suku Melayu. Isteri Dra. Hj. Imnati Ilyas, BA., S.Pd., M.Pd., Kons. Imnati bersuku Pagar Cancang, Nagari Balai Talang, Dangung-dangung, 50 Kota Sumbar. Shofwan, sekolah SR/SD di Rantau Ikil dan Madrasah Ibtidayah al-Hidayatul Islamiyah di Sirih Sekapur, 1965. SMP, Jambi, 1968. Madrasah Aliyah/Sekolah Persiapan IAIN-UIN Imam Bonjol Padang Panjang, 1971. BA/Sarjana Muda tahun 1976 dan Drs/Sarjana Lengkap Fakultas Tarbiyah IAIN-UIN Imam Bonjol Padang,1982. MA/S2 IAIN-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1991. DR/S3 UIN Syarif Hidayatullah-UIN Jakarta, 2008.*

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Obituari Amir Syarifuddin: Satu Lagi Ulama Berpulang ke Rahmatullah

28 Desember 2023   06:16 Diperbarui: 28 Desember 2023   11:13 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin 1937-2023. Ilustrasi Foto dari Internet

Sebagai ulama, Amir Syarifuddin bukan sekedar mengajarkan ilmu-ilmu ke-Islaman dalam artian terbatas, wabil khusus hukum Islam dan hukum kewarisan Islam, tetapi di luar ilmu fikih dan ushul fikih serta membaca teks klasik Ibnu Rusyd dan lainnya, beliau sangat memahami dengan baik Ilmu Tauhid dan Ilmu Kalam atau Theology Islam.  Dan di dalam praktek sufi modern, beliau adalah praktisinya yang patut diteladani.

Di antaranya berbicara lugas, tegas dan akurat.  Dengan dalil aqli dan naqli yang orisinal. Tak pernah ada kilasan rasa tak nyaman dengan teman berfikir dan lawan debatnya. Akan tetapi tetap bijaksana di dalam memutuskan hal-hal yang prinsipil untuk lembaganya.

Di dalam memimpin selalu berada di tengah. Ini terasa kepada murid, mahasiswa dan para abdi negara di bawah manajemen utama beliau di IAIN 1982 (Care Taker Rektor) dan Rektor Penuh 1983-1993.

Posisi berada di tengah itu sangat terkesan ketika pada masa lalu ada nuansa  terjadi kompetisi tersembunyi antara pengikut ormas tertentu di lembaga yang dipimpinnya. Amarhum Prof Amir begitu piawai mengendalikan diri dan bawahannya serta koordinasi ke samping, ke atas dan ke bawah.

Dengan begitu tak ada kesan beliau pro kekuatan tertentu apalagi ormas tertentu. Kendali manajemen dan spektrum kepemimpinannya di akui adil-berimbang dan memberikan semangat kreatifitas tinggi kepada dosen, mahasiswa dan karyawan.

Politisi Handal

Pada masa kepemimpinan Prof Amir di IAIN Imam Bonjol dianggap berbagai pihak beliau sukses. Lalu setelah itu beliau terpilih aklamasi menjadi Ketua MUI Sumbar. Berikutnya, ketika di ujung masa Orde Baru 1977-1999 Prof Amir terpilih melalui sidang DPRD Sumbar menjadi Anggota MPR RI utusan Daerah dari Sumbar.

Ini mencerminkan bahwa kilatan politik menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan ulama yang satu ini di masa itu.

Keadaan itu tak begitu lama berlansung. Oleh karena Prof Amir adalah Guru Besar Hukum Islam yang jelas adalah Aparatur Sipil Negara (ASN).  Maka sesuai dengan aturan setelah reformasi,  ASN bebas politik praktis atau Bahasa vulgarnya, "tak boleh berpolitik", dan apa lagi duduk di lembaga negara yang  berbaju politik. Ulama guru besar ini sepenuhnya kembali ke habitat awalnya yaitu dunia keulamaan dan akademisi.uHyH

Tak Banyak Cerita dan Kokoh

Kecintaan para kolega dan murid Amir Syarifuddin bukan  hanya atas ilmu dan keulamaannya.  Lebih dari itu.  Misalnya komen berikut dari Prof. Dr. H. Azmi, M.Ed, mantan rektor UM Sumbar dan WR 1 IKIP-UNP. " Prof Amir itu tak banyak cerita dan kokoh", Prof Azmi pernah bersamanya di MUI Sumbar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun