Kedua, konservatisme memuja kebebasan pasar yang sebebas-bebasnya.
Ketiga, konservatisme punya kecenderungan asosiasi kuat dengan agama, terutama nilai-nilai protestan.
 Keempat, sangat ekslusif. Dalam arti melindungi total kepentingan negeri dan meniadakan pihak lain atau negeri lain.
Berbeda dengan Partai Republik,  Partai Demokrat dengan ideologi  liberalismenya . Pertama, menganggap bahwa masyarakat tidak perlu terkungkung dengan negara.
Kedua, Â berkompetisi dengan negara dan warga negara lain.
Ketiga, tidak perlu ada proteksi total ekonomi yang berlebihan.  Proteksi yang berlebhan itu  akan melemahkan persaingan dan kompetisi di luar negeri.
Dengan ideologi itu tadi, Joe Biden  dianggap  kalangan tertentu lebih rasional, lebih matang,  lebih dewasa, lebih inklusif. Dalam arti lebih menerima keberagaman dengan pihak-pihak lain dengan tetap melindungi kepentingan negerinya.
Meskipun kedua ideologi tersebut, Â sama-sama berdiri pada ideologi kapitalis, namun yang membedakan adalah konservatisme dan liberalismenya atau eksklufisme dan inklusifisme tadi.
Teori Hefner di atas mungkin dapat dilekatkan kepada hal yang berbeda dalam konten yang sama kepada isu lain di negeri kita.
Misalnya populisme  ekslusif  dan populisme inklusif di Indonesia. Ada kalangan yang populer karena eksklusifisme. Populeritas yang berdasarkan ketidak bepihakan kepada pihak lainnya. Bahkan menyakitkan. Sebaliknya adalah populisme yang rasional, lebih santun serta inklusif tehadap pihak lain.
Pada beberapa  kasus misalnya para "buzzer" dan  "influencer". Buzzer (B. Inggris) bisa disebut  lonceng, alarm atau kentongan . Ia berfungsi untuk memanggil, memberitahu dan mengumpulkan orang untuk melakukan sesuatu.