Selain contoh produk pakaian, kita bisa melihat komunitas motor gede atau mobil-mobil mewah dengan berbagai merek seperti Mercedes-Benz, BMW, lamborghini, dan lain sebagainya yang tidak hanya menjual kendaraan, namun juga citra dari status, kemewahan, dan keunggulan teknologi. Komunitas pemilik motor dan mobil-mobil mewah ini seringkali diidentifikasi dengan citra seperti keberhasilan, gaya hidup yang eksklusif, dan penghargaan terhadap kualitas dan desain yang canggih. Hal ini menciptakan persepsi di dalam masyarakat bahwa memiliki motor atau mobil mewah tersebut adalah simbol status dan keberhasilan dalam kehidupan. Pemilik motor atau mobil mewah seringkali membentuk komunitas atau perkumpulan dengan tujuan untuk berbagi minat terhadap sesama pemilik kendaraan mereka. Kelompok-kelompok seperti ini kerap mengadakan perjalanan bersama, mengikuti pameran mobil, atau acara sosial lainnya yang bertujuan untuk membangun jaringan dan kebersamaan dalam komunitas tersebut. Bagi banyak individu dalam komunitas ini, seringkali menjadi tempat dimana mereka menunjukkan kebanggaan terhadap kendaraannya dan merasa diterima dalam menjalin minat yang sama. Pengguna motor atau mobil mewah merasa terhormat dan lebih percaya diri saat menggunakan kendaraannya. Tentunya, ini tidak hanya terkait motor atau mobil, namun juga terkait bagaimana mereka merasa bangga pada diri mereka saat berkendara dan banyak dilihat oleh orang-orang di jalan. Pada contoh ini, kepemilikan kendaraan mewah tidak hanya tentang membeli sebuah produk, tetapi juga tentang mengadopsi identitas, merasakan pengakuan sosial, dan bergabung dengan komunitas yang memiliki nilai-nilai yang sama. Kendaraan tersebut bukan hanya sekedar alat transportasi, melainkan simbol dari gaya hidup, status sosial, dan komunitas yang bersatu dalam kesamaan minat.
   Pada konteks produk teknologi, fenomena ini serupa dengan penggunaan produk "Apple" yang sering kali dikaitkan dengan status sosial dan kemampuan finansial yang tinggi. Smartphone yang berlogo apel tersebut menjadi simbol dari status ekonomi yang stabil serta persepsi masyarakat atas kemampuan untuk membeli produk tersebut dengan harga yang lebih tinggi. Situasi ini seringkali kita lihat di kalangan Gen-Z, yang dimana jika menggunakan produk dengan logo apel tersebut akan menimbulkan asumsi bahwa seseorang berasal dari latar belakang dengan ekonomi menengah ke atas, padahal seringkali kita temui bahwa statement tersebut tidaklah sesuai fakta. Obsesi terhadap produk Apple untuk memilikinya bahkan bisa membawa individu untuk mengambil langkah-langkah ekstrim, seperti membeli barang tiruan (KW) atau bahkan membelinya dengan menggunakan kredit demi memiliki produk dengan logo apel tersebut. Hal ini mencerminkan betapa kuatnya asosiasi antara merek Apple dengan status sosial yang diinginkan pada masyarakat saat ini. Selain itu, karena faktor seperti strategi pemasaran terhadap kualitas produk dan citra merek yang dikembangkan oleh Apple telah membantu merek ini menjadi simbol status yang diinginkan, terutama pada kalangan Gen-Z yang terpengaruhi oleh tren kekinian dan asumsi budaya yang kuat. Hal ini mengakibatkan tekanan sosial dan psikologis bagi beberapa individu untuk memastikan bahwa mereka juga tergolong dalam kelompok yang mengakui dan mampu memiliki produk dengan merek tersebut.Â
   Mari kita beralih ke contoh kasus yang lebih luas. Hollywood, sebagai pusat produksi film utama dan salah satu entitas media terkemuka, turut memegang peranan vital dalam mempengaruhi pandangan global terhadap keindahan, kehidupan, atau bahkan definisi kesuksesan. Tidak hanya sebagai produk hiburan semata, film-film hollywood juga sebagai alat kekuasaan yang mempengaruhi pandangan dunia dan masyarakat luas. Mereka memainkan peran dalam membentuk identitas kolektif hingga merepresentasikan kekuatan yang membentuk budaya visual dan norma sosial di tingkat global. Hollywood dianggap simbol keberhasilan dan kreativitas Amerika dalam industri hiburan. Produk filmnya dianggap sebagai sumber inspirasi dan produk budaya berkualitas tinggi yang mempengaruhi mode dan hiburan global, menjadikannya penentu trend dalam berbagai aspek kehidupan.
   Kehadiran Hollywood memberikan dampak yang signifikan terhadap kekuasaan negara-negara, baik pada tingkat nasional maupun internasional. Hollywood mempengaruhi cara suatu negara diakui dalam kancah global. Hollywood sering kali berinteraksi dengan kepentingan politik dan strategi kebijakan luar negeri AS. Melalui produk film, hal itu dapat menjadi alat untuk menyebarkan pesan-pesan politik atau ideologi tertentu yang mendukung atau mencerminkan kebijakan pemerintah AS. Contohnya, film-film yang menggambarkan Amerika sebagai pahlawan dalam konflik-konflik dunia mempengaruhi pandangan global terhadap peran politik AS. Mereka sering menggambarkan kekuatan militer AS sebagai kekuatan yang bertujuan untuk membawa keadilan, kebebasan, dan perdamaian di dunia. Sebagai contoh yang lebih spesifik, kita dapat melihat dampak film-film superhero Marvel yang diproduksi oleh Hollywood.  Marvel Studios, secara aktif membentuk narasi global mengenai kekuatan, tanggung jawab, serta identitas pribadi yang diadopsi penonton di seluruh dunia. Film-film Hollywood dapat menghadirkan citra positif Amerika Serikat melalui karakter-karakter yang merupakan representasi nilai-nilai Amerika seperti kebebasan, keadilan, dan demokrasi. Karakter-karakter ini sering diposisikan sebagai pahlawan yang mempertahankan nilai-nilai ini di tengah tantangan atau konflik. Film-film lain yang menggambarkan intervensi militer AS sebagai pembawa kebebasan dunia, juga turut mempengaruhi pandangan global terhadap peran politik AS di panggung internasional. Mereka dapat membentuk opini publik di berbagai negara tentang bagaimana Amerika Serikat dilihat dalam konteks politik dan diplomasi internasional yang secara perlahan mempengaruhi persepsi tentang kebijakan AS, baik secara positif maupun negatif.
   Selain itu, keberhasilan film-film Hollywood dalam meraih keuntungan di pasar internasional mengukuhkan posisi AS dalam ekonomi global. Melalui produksi film-film Hollywood, Amerika Serikat bisa mengontrol bagaimana budaya mereka dipahami dan diterima di seluruh dunia. Kekuatan ekonomi dari industri perfilman di Hollywood memberikan negara Amerika Serikat daya dalam hubungan internasional dan memperkuat posisinya dalam berbagai arena global. Dalam wacana geopolitik, Hollywood juga dapat menjadi alat diplomasi yang efektif melihat wujud "kebudayaan lembut" yang mempengaruhi opini publik melalui film-film yang diproduksi. Keterlibatan Hollywood dalam produksi film-film yang meraih keuntungan di pasar internasional turut memperkuat posisi Amerika Serikat sebagai negara adidaya (superpower). Prestasi ekonomi yang mampu diraih Hollywood memungkinkannya untuk memainkan peran utama dalam berbagai forum global, mempengaruhi kebijakan dunia, serta menentukan arah perkembangan isu-isu internasional. Maka tak heran, jika keberhasilan Hollywood dalam mencapai popularitas bukan hanya sebatas industri hiburan, namun juga berdampak langsung pada citra dan posisi Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan di panggung dunia.
  Dengan demikian, fenomena kepopuleran produk dari merek global tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas atau strategi pemasaran yang inovatif saja lho, tetapi juga oleh konstruksi identitas dan kekuasaannya di masyarakat. Melalui teori post strukturalisme dalam cultural studies ini, kita dapat melihat bagaimana merek ternama turut berperan aktif sebagai produsen pengetahuan dan kekuasaan di masyarakat. Merek-merek tersebut menggunakan simbol dan citra yang mereka ciptakan untuk tidak hanya menciptakan preferensi konsumen, bahkan bisa membentuk norma, nilai-nilai, identitas diri konsumen, dan strata sosial. Dari berbagai contoh kasus di banyak bidang industri seperti fashion, otomotif, dan hiburan, telah memberikan gambaran kepada kita bagaimana merek ternama tidak hanya menjual produk, melainkan memiliki peranan vital dalam membentuk realitas sosial, mempengaruhi pandangan global, dan bahkan berkontribusi pada kekuasaan negara secara lebih luas. Maka dari itu, kesadaran terhadap peran merek dalam membentuk budaya dan masyarakat sangatlah penting, karena hal ini tidak hanya menyangkut konsumsi barang atau jasa, tapi juga memiliki dampak yang mendalam pada konstruksi identitas kolektif dan persepsi global kekuasaan suatu negara. Mengakui peran aktif merek dalam membentuk realitas sosial bukan sekedar membuat kita memahami bagaimana budaya dikonstruksi, melainkan agar kita juga bisa mengevaluasi secara kritis implikasi sosial, politik, dan kekuasaan yang terkait dengan dominasi merek dalam masyarakat modern saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H