Ilmu ini harus terdiri dari dua bagian utama: Doktrin Elemen dan Doktrin Metode dari alasan murni. Bagian pertama harus mencakup doktrin transendental tentang indra, yang memberikan kondisi bagi pengetahuan manusia. Pasal ini juga menunjukkan bahwa ada dua sumber pengetahuan manusia: indra dan pemahaman.
Proses manusia memperoleh pengetahuan yaitu dengan cara :
Intuisi dan Sensibilitas: Pengetahuan berhubungan dengan objek melalui intuisi, yang bergantung pada objek yang mempengaruhi pikiran. Kapasitas untuk menerima representasi melalui mode afektif ini disebut sensibilitas. Sensibilitas memberikan intuisi, sementara pemahaman memproses intuisi ini menjadi konsep.
Intuisi Empiris vs. Murni: Intuisi empiris didasarkan pada sensasi dan merujuk pada fenomena (objek sebagaimana muncul kepada kita). Sensasi adalah materi dari fenomena, sementara cara sensasi ini diorganisasi dan disebut sebagai bentuk. Bentuk intuisi, yang ada secara a priori di dalam pikiran, terpisah dari sensasi dan disebut intuisi murni.
Estetika Transendental: Studi tentang bentuk-bentuk a priori dari sensibilitas, seperti ruang dan waktu, disebut estetika transendental. Ilmu ini memeriksa bagaimana sensibilitas menyediakan bentuk-bentuk murni dari intuisi, terlepas dari sensasi, dan membentuk dasar pemahaman.
Pemisahan Sensibilitas dan Pemahaman: Metode untuk memisahkan sensibilitas dan pemahaman adalah dengan cara memisahkan sensibilitas dari konsep-konsep yang diperkenalkan oleh pemahaman dan menghilangkan sensasi untuk mengungkap intuisi murni. Hal ini mengarah pada identifikasi ruang dan waktu sebagai dua bentuk a priori dasar dari intuisi sensorial.
Konsep ruang dan waktu merupakan sebagai bentuk intuisi, bukan sebagai sifat bawaan dari objek-objek.
Ruang tidak berasal dari pengalaman, tetapi justru memungkinkan pengalaman dengan menyediakan kerangka untuk memahami hubungan antar objek.
Ruang dipahami sebagai representasi a priori yang diperlukan dan ada secara independen dari pengalaman eksternal, yang berfungsi sebagai dasar bagi semua intuisi eksternal.
Ruang juga dipresentasikan sebagai entitas tunggal dan tak terbatas, bukan konsep umum yang dapat dibagi menjadi bagian-bagian. Sebaliknya, waktu dikaitkan dengan indera internal, yang merepresentasikan keadaan internal pikiran. Baik ruang maupun waktu adalah bentuk intuisi yang bersifat subjektif, muncul dari susunan pikiran, bukan realitas objektif. Pemahaman ini menjadi dasar bagi konsep-konsep seperti geometri, yang bergantung pada intuisi, bukan pada bukti empiris.
Dalam eksposisi transendental, konsep merupakan sebagai prinsip yang memungkinkan pemahaman sintetis a priori lainnya. Dua hal diperlukan: pertama, bahwa pemahaman tersebut memang berasal dari konsep yang diberikan, dan kedua, pemahaman itu hanya mungkin dengan penjelasan khusus tentang konsep tersebut.