Mohon tunggu...
Shofiyah Maulidiyah
Shofiyah Maulidiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Akuntansi UMM - 202010170311311

Mahasiswa Universitas Muhammadiyyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenali Hubungan Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dengan Tingkat Kemiskinan

9 Juli 2021   11:47 Diperbarui: 9 Juli 2021   12:00 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apakah kalian tahu apa itu pertumbuhan ekonomi?, pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa. Pengertian lain mengenai pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi juga menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Dan lewat tulisan ini kita akan mencoba mengetahui apakah ada hubungan antara pertumbuhan ekonomi diatas dengan kemiskinan?, mari kita bahas.

Pertama-tama kita akan membahas pengertian kemiskinan. Kemiskinan didefinisikan sebagai standar hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Sementara itu, menurut BPS (Badan Pusat Statistik), kemiskinan adalah ketidakmampuan penduduk memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan pangan maupun nonpangan. Maksud dari definisi tersebut adalah membandingkan tingkat konsumsi penduduk dengan garis kemiskian (GK) atau jumlah rupiah untuk konsumsi orang perbulan. Kemiskinan disebabkan oleh banyak faktor, sehingga dapat Dikatakan bahwa kemiskinan jarang disebabkan oleh satu faktor saja. Kemiskinan biasanya disebabkan oleh beberapa faktor yang saling terkait, seperti disabilitas, pendidikan rendah, tidak ada modal atau keterampilan untuk dicoba, tidak tersedianya kesempatan kerja yang terkena PHK (pemutusan hubungan kerja), Kurangnya jaminan sosial dan tinggal di daerah terpencil.

Pada dasarnya, definisi kemiskinan tersebut dapat dilihat dari dua sisi yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.

  • Kemiskinan Absolut.

Menurut konsep ini, kemiskinan dapat dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan fisik minimum (KFM) yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Bila pendapatan tidak mencapai kebutuhan minimum, maka orang dapat dikatakan miskin. Dengan demikian, kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya yaitu sandang, pangan, dan papan yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya.

  • Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif, menurut Miller dalam Kuncoro (2003) adalah orang yang sudah mempunyai tingkat pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum sehingga tidak selalu berarti miskin. Walaupun pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi masih lebih rendah dibandingkan keadaan masyarakat sekitarnya maka orang tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Ini terjadi karena kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya, daripada lingkungan yang bersangkutan.

Setelah mengetahui apa itu pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan kali ini kita beralih ke teori-teori pertumbuhan, kemudian barulah kita mencari tahu hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan.

  1. Teori Pertumbuhan Neoklasik.

Model pertumbuhan neoklasik Sollow merupakan pilar yang sangat memberikan kontribusi terhadap teori pertumbuhan neoklasik. Menurut teori pertumbuhan neoklasik, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor, yaitu kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan penduduk dan perbaikan pendidikan), penambahan modal (melalui tabungan dan investasi) serta penyempurnaan teknologi.

      2. Teori Pertumbuhan Endogen.

Teori pertumbuhan endogen dijelaskan melalui model pertumbuhan endogen menurut Roomer. Model ini mengkaji akibat teknologi yang mungkin terbagi dalam proses industrialisasi. Model ini dimulai dengan mengasumsikan bahwa proses pertumbuhan berasal dari tingkat perusahaan atau industri. Setiap industri berproduksi dengan skala hasil yang konstan, namun Roomer mengasumsikan bahwa cadangan modal dalam keseluruhan perekonomian, secara positif mempengaruhi output pada tingkat industri, sehingga terdapat skala yang semakin meningkat pada tingkat perekonomian secara keseluruhan.

     3. Teori Pertumbuhan Pembangunan Lewis.

Teori ini memusatkan perhatiannya pada transformasi structural suatu perekonomian subsistem yang dirumuskan oleh W. Arthur Lewis pada dekade 1950an. Menurut teori pembangunan ini, perekonomian yang terdiri dari dua sektor, yaitu: pertama sektor tradisional,yaitu sektor pedesaan subsistem yang kelebihan penduduk yang ditandai oleh produktivitas marjinal tenaga kerja sama degan nol. dan kedua, sektor industri perkotaan modern yang tingkat produktivitasnya tinggi dan menjadi tempat penampungan tenaga kerja yang ditransfer sedikit demi sedikit dari sektor subsistem.

     4. Teori Harold Domar.

Teori pertumbuhan Harold Domar dikembangkan oleh dua orang ahli ekonomi sesudah Keynes, yaitu Evsey Domar dan R. F. Harold. Harold Domar menyatakan bahwa untuk memacu pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal. Yang dapat diambil dari teori ini adalah bahwa agar bisa tumbuh dengan pesat maka setiap perekonomian haruslah menabung dan menginvestasikan sebanyak mungkin bagian dari GNP (Gross National Product)nya. Semakin banyak yang dapat ditabung dan kemudian diinvestasikan, maka laju pertumbuhan perekonomian itu akan semakin cepat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat berhubungan dengan tingkat kemiskinan. Hal itu dapat disimpulkan karena, pertumbuhan ekonomi itu erat dan berbanding lurus dengan pendapatan masyarakat perkapita, dan apabila tingkat kemiskinan tinggi otomatis pendapatan masyarakat akan menurun dan itu menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi juga akan menurun. Juga suatu negara dikatakan mengalami pembangunan ekonomi jika pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan pendapatan perkapita dan dapat menurunkan tingkat kemiskinan.

Begitu pula dengan teori pertumbuhan ekonomi yang kemukakan oleh Harold Domar yang menyatakan bahwa untuk memacu pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru. Investasi baru tersebut berasal dari keuntungan perusahaan yang digunakan kembali untuk investasi, sehingga semakin meningkatkkan pertumbuhan ekonomi dan dapat menciptakan lapangan keja yang akan mengurangi angka kemiskinan.

Data Penulis.

Nama           :  Shofiyah Maulidiyah

NIM             :  202010170311311

Prodi            :  Akuntansi 2F

Mata Kuliah :  Perekonomian Indonesia

Universitas Muhammadiyyah Malang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun