Hei..
Seperti sengaja diciptakan oleh kesewenang-wenangan
Kau membiarkanku tetap menderita
Mengerang sakit, membumbui rasa pedih derita luka
Hei..
Otak ini kian kronis
Dan terus berkata lantang untuk membangkang.
Menolak jika bertentangan, memendam amarah yang terabaikan.
Hei…
Kau karamkan impianku dg terjangan kerakusan,
Sirna karena kartel politik republik yang kau perankan.
Mbulet.. semua mbulet seperti bau kentut
Aku tahu, bahwa kemakmuran itu hanyalah lamunan burung pipit.
Aku mengerti, bahwa keadilan hanyalah bualan kenthut.
Aku memahami, bahwa penghormatan hanyalah mata yang menyipit.
Seperti bibir nyinyir, bungkuk membungkuk
Seperti bahasa kenthut, nyaring tapi tetap berbau.
Hei…
Kenapa yang hanya ada kebusukan
Mencari kebijakkan untuk kebahagiaan
Seperti perzinahan, tak peduli mana kiri dan kanan.
Seperti memperkosa suatu kebenaran, hingga otakku sungsang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H