Mohon tunggu...
Shofi Aulia
Shofi Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030043 UIN Sunan Kalijaga

23107030043 UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Jenang Legendaris Bu Darmini di Pasar Beringharjo: Kelezatan yang Tak Lekang oleh Waktu

4 Juni 2024   10:20 Diperbarui: 4 Juni 2024   16:52 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
satu porsi jenang bu darmini. dok.pribadi

Jenang ini dibuat dari ketan yang dimasak dengan gula merah. Selanjutnya ada jenang mutiara. Sagu mutiara atau pacar cina dimasak dengan air dan gula dan dimasak hingga mendidih dan tekstur berubah menjadi lengket dan kental. Yang terakhir adalah biji salak. Ada yang berbeda dengan bubur biji salak milik Bu Darmini. 

Jika biasanya orang-orang mengetahui bahan dasar pembuatan biji salak adalah ubi jalar yang dicampur dengan tepung tapioka, tidak dengan biji salak buatan Bu Darmini. Beliau tetap memakai ubi sebagai bahan utamanya, namun beliau hanya memotong seukuran dadu dan tidak diolah menggunakan tepung tapioka, selain ubi jalar beliau juga menambahkan kelapa muda yang diserut memanjang dan nangka. 

Jadi, dalam satu jenis bubur biji salak milik Bu Darmini, kita bisa memakan bubur dengan 3 tekstur sekaligus. Ubi jalar yang empuk, kelapa yang renyah, dan nangka yang legit.

Dalam pembuatan 4 jenis jenang tersebut, Bu Darmini memulai nya setelah shubuh. "Habis shubuh, jadi pas datang semuanya masih panas, santannya pans, gulanya panas. Jadi orang-orang kalo mau makan harus ditiup dulu." Ucap Bu Darmini sembari memberi saran jika ingin menikmati jenang yang masih panas datang ke pasar sekitar jam 9. 

Beliau juga menambahkan pernyataan, bahwa dari dulu hingga sekarang jenis bubur tetap konsisten di 4 jenis. Tidak ada tambahan untuk jenis jenang, hanya tambahan porsi setiap jenisnya. "ngga pernah mbak, kalo nambah ya dari 1 panci tambah setengah panci lagi. Dari dulu ya cuma 4 macam ini mbak." Tambah Bu Darmini.

Buka mulai dari jam 9 pagi dan tutup sampai sehabisnya. Namun, adakalanya dagangan Bu Darmini tak habis dan masih menyisakan beberapa porsi, sekitar jam 5 sore ketika pasar sudah mulai sepi, Bu Darmini akan bersiap-siap untuk tutup. "Kalo ngga habis, saya bagiin ke tetangga mbak." 

Dan benar saja, tampak Bu Darmini membungkus beberapa porsi jenang untuk dibagikan kepada penjual pakaian yang ada di sampingnya. Dengan begini, Bu Darmini dapat memastikan kepada para konsumen jika jenang mimliknya fresh dibuat dihari yang sama bukan dari sisa kemarin kemudian diolah kembali.

satu porsi jenang bu darmini. dok.pribadi
satu porsi jenang bu darmini. dok.pribadi

Dalam 1 gelas plastik berukuran sekitar 10 oz, pepmbeli sudah bisa memilih jenis bubur apa saja yang diinginkkan. Tak lupa beliau menuangkan santan dan gula merah cair, menambah kelegitan jenang Bu Darmini. Walau tampak sedikit namun ketika menghabiskan satu porsi, perut sudah merasa kenyang.

Bu Darmini berjulan di pojok pintu keluar pasar. Tidak ada biaya sewa tempat, namun dari kebjakan pemerintah setempat, beliau diharuskan membayar karcis di BPD Yogyakarta. "Ngga mbak, cuma bayar karcis di BPD. Kantor itu lo mbak yang dipojok, ada Bank BPD." Jelas beliau tanpa menyebut nominal yang harus dibayarkan.

Karena berjualan sudah lebih dari 20 tahun, tentu jenang Bu Darmini juga melewati masa-masa pandemi Covid-19. "Libur 13 bulan mbak, di rumah juga ngga bisa ngapa-ngapain. Cuma jualan melon." Jelas Bu Darmini. Namun istilah jualan melon yang dimaksud adalah hanya rebahan saja, tidak melakukan aktivitas apapun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun