Mohon tunggu...
Shofi Aulia
Shofi Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030043 UIN Sunan Kalijaga

23107030043 UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kupat: Ngaku Lepat

18 April 2024   10:19 Diperbarui: 18 April 2024   12:14 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketupat yang sudah jadi (dokumen pribadi)

Sehari sebelum lebaran ketupat tiba, masyarakat disibukkan dengan pembuatan masakan pendamping ketupat serta ketupat itu sendiri. Pembuatan ketupat menjadi momen untuk mempererat hubungan antarwarga di kampung. Biasanya tetangga saling membantu dalam proses pembuatan ketupat. Mereka berkumpul di rumah salah satu warga untuk bersama-sama membersihkan daun kelapa, menganyamnya menjadi ketupat, dan memasaknya sampai matang.

foto bersama Mak Tun (dokumen pribadi)
foto bersama Mak Tun (dokumen pribadi)

Namun, ada sebagian masyarakat memilih untuk membeli janur yang sudah jadi daripada harus menganyamnya sendiri. "Biasane aku yo nganyam dewe nduk, tapi tahun iki aku tuku. Aras-arasen ribet." Ungkap Mak Tun, warga Dusun Gajah yang lebih memilih untuk membeli janur yang sudah berbentuk ketupat. Proses pembuatan ketupat dipandang sebagai upaya untuk membersihkan diri dari dosa dan kesalahan. Selain itu, tradisi ini juga merupakan cara untuk menghormati leluhur dan mewarisi nilai-nilai budaya yang telah ada sejak zaman dahulu. "Enek ketupat seng digantungin di pintu masuk, biasane 2 ketupat. Diikat jadi satu. Kui wong mbiyen percayane ngge leluhur." Ungkap Ariffani, warga setempat. "Terus bengine ngko enek tahlilan, nang meja kui disediain ketupat, sayur, lauk, trs enek 3 jenis minuman. Air gula, susu, karo kopi. Susu kui kanggo cah cilik seng wes ninggal, kopi buat orang-orang tua yang udah meninggal. Jadi mirip kayak sesajen gitu. Tapi didungani seng apik-apik." Tambahnya.

foto bersama Ariffani (dokumen pribadi)
foto bersama Ariffani (dokumen pribadi)

Meskipun zaman terus berubah dan gaya hidup modern semakin merambah ke pelosok-pelosok kampung, tradisi Lebaran Ketupat atau Kupatan tetap dijaga dengan kokoh oleh masyarakat kampung. Perlu diingat dan ditekankan kepada masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya mereka ditengah arus globalisasi dan modernisasi yang cepat. Sehingga, tradisi kupatan dianggap sebagi bagian integral dari warisan budaya yang harus dijaga dengan baik. Generasi muda diajak untuk terlibat dalam proses pembuatan ketupat dan diberi pemahaman tentang makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini sehingga mereka dapat mewarisi dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Meskipun tradisi ini sangat kental dengan nuansa kebersamaan dan kegiatan manual, masyarakat juga mampu mengadaptasi tradisi kupatan dengan perkembangan teknologi modern. Misalnya, mereka menggunakan sosial media untuk berbagi pengalaman dan foto-foto proses pembuatan ketupat, sehingga tradisi tersebut tetap relevan dan dapat diakses oleh generasi yang lebih muda yang lebih mahir menggunakan teknologi.

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Pelestarian tradisi Lebaran Ketupat bukan sekedar mempertahankan warisan budaya, melainkan juga memiliki dampak yang sangat positif terhadap keberagaman budaya Indonesia dan memperkuat jalinan sosial di masyarakat kampung. Kupatan merupakan salah satu dari sekian banyak warisan budaya yang harus dijaga agar tidak punah. Pelestarian tradisi ini dilakukan guna memperkuat identitas nasional sebagai bangsa yang kaya akan tradisi dan nilai-nilai luhur. Kupatan juga merupakan bagian dari identitas lokal khususnya daerah Jawa Timur dan sekitarnya. Masyarakat mempertahankan akar budaya tersebut dan mencegah terjadinya homogenisasi budaya akibat arus globalisasi.

Banyak pelajaran hidup yang dapat dipetik dari tradisi ini. Dengan demikian tradisi Kupatan menjadi salah satu simbol persatuan dalam keberagaman dan memperkuat ikatan sosial yang menjadi pondasi kuat dalam menjaga harmoni dan kestabilan masyarakat lokal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun