Mohon tunggu...
Shofi Aulia
Shofi Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030043 UIN Sunan Kalijaga

23107030043 UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kehangatan di Dusun Gajah: Tradisi Ramadan dan Lebaran yang Tak Punah

17 April 2024   09:01 Diperbarui: 17 April 2024   09:20 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto keluarga saat Idul Fitri (dokumen pribadi)

Ramadan dan Lebaran adalah dua momen yang sangat penting dalam kehidupan umat Muslim di seluruh dunia. Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, pada bulan ini pahala dilipat gandakan. Setiap langkah bernilai ibadah dan tidurpun Allah limpahkan pahala. Selain menahan diri dari lapar dan dahaga, Ramadan juga merupakan waktu untuk menambah amal kebaikan sebanyak-banyaknya. Puasa Ramadan tidak hanya sekedar kewajiban agama, tetapi juga merupakan kesempatan untuk membersihkan jiwa, meningkatkan kesabaran, dan memperkuat hubungan dengan Allah SWT.

Lebaran, atau Idul Fitri adalah hari raya umat Muslim yang diarayakan setiap tanggal 1 Syawal, tepat sehari setelah berakhirnya bulan Ramadan. Kata Lebaran lebih dipengaruhi oleh budaya, sedangkan Idul Fitri berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa. Idul fitri sendiri memiliki makna kembali suci, yakni kembalinya seseorang kepada keadaan terhidarnya dari segala dosa, kesalahan, dan keburukan sehingga berada dalam keadaan suci atau fitrah.

Blitar, Jawa Timur (17 April 2024): Meski zaman terus berkembang dan semakin maju, tradisi Ramadan dan Lebaran tetap hidup dengan semestinya. Di tengah-tengah hamparan sawah yang luas dan rumah-rumah yang berdiri dengan kokoh, warga kampung mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan yang penuh berkah. Salah satunya dengan diadakannya unggahan. Tradisi ini menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Jawa yang sudah turun temurun dilaksanakan.

Unggahan setiap daerah berbeda-beda, jika di Blitar, unggahan dilakukan dengan berkumpul untuk mengirim do'a kepada leluhur yang sudah meninggal dunia, dan atau berbagi makanan kepada sesama masyarakat. "Biasane warga kene ki lek nyambut bulan Ramadan ngadakne megengan utawa unggahan. Dimana masyarakat ngumpul nang masjid kanggo do'a arwah bareng. Iki wes dadi tradisi seng kudu dilakokne. Lek mbiyen kae kabeh nang masjid, tapi lek saiki gara-gara kesibukan wong wes bedo-bedo, dadi enek seng ngadain acarane nang omahe dewe terus ngundang tetangga-tetangga. Isine panggah podo, kirim dungo ngge leluhur." Jelas Pak Thohari, warga setempat.

Setiap sore menjelang berbuka puasa, aroma harum masakan menguar dari rumah-rumah, mengundang selera bagi siapa saja yang menciumnya. Masjid Baiturrahman di Dusun Gajah selalu mengadakan buka bersama setiap hari selama bulan Ramadan. Hidangan telah disiapkan dengan menu yang berbeda-beda. Sajian lezat seperti kolak, es buah, dawet, soto, baso, dan berbagai menu lainnya menjadi pemandangan yang menggiurkan. "Lek ibu biasane masak, biasane tuku. Soale ibu dodolan, dadi rodok repot lek masak mbendino." Ucap Bu Nur, istri Pak Thohari.

Selain berbuka, sahur juga menjadi momen yang khas selama berlangsungnya bulan Ramadan. Panggilan kepada warga untuk bangun sahur terdegar mulai dari jam 3 dini hari. Teriakan dan pukulan kentongan mengiringi langkah anak-anak hingga orang tua yang sebelumnya melakukan ronda malam. Melewati rumah demi rumah dan membangunkan orang yang ada di dalamnya.

Malam-malam terakhir bulan Ramadan di kampung diisi dengan kehangatan dan kegembiraan. Warga berkumpul di masjid untuk melakukan i'tikaf bersama. "Ada yang mulai i'tikaf sudah dari malam habis sholat tarawih. Kalau ibu mulai nya dari habis sahur sekitar jam 4 kurang 15." Jelas Bu Nur. "Ya baca Al-Qur'an, sholat sunnah. Lek wes wektune shubuh yo sholat shubuh berjama'ah. Bar kui ra langsung muleh, tapi dengerin pengajian sampe jam 6. Terus sopo ae seng arep ngelanjutne sholat duha, monggo, soale siapa saja yang berdiam diri di masjid dari shubuh sampai waktu duha, lalu ia melaksanakan sholat duha, pahalane setara dengan orang yang haji dan umroh." Imbuh beliau.

Ketika bulan Ramadan berakhir, kampung terbanam dalam kemeriahan Lebaran yang meriah. Suara takbir berkumandang menggema ke seluruh penjuru wilayah di Dusun Gajah dan sekitarnya. Sudah menjadi tradisi yang tidak pernah ditinggalkan, takbir keliling merupakan momen yang dinantikan oleh seluruh penduduk Dusun Gajah khususnya anak-anak. Namun, ada yang berbeda dari takbir keliling pada saat ini. Jika dahulu identik dengan obor dan nyala api yang menghangatkan, sekarang suara sound system yang menggelegar lebih mewarnai suasana takbir keliling di Dusun Gajah.

suasana takbiran di Dusun Gajah (dokumen pribadi)
suasana takbiran di Dusun Gajah (dokumen pribadi)

Menjelang Lebaran, setiap rumah dipenuhi dengan kesibukan yang ceria dan penuh antusiasme. Setiap anggota keluarga memiliki bagian masing-masing untuk dibersihkan. Tak lupa dengan aneka kue kering yang tersaji diatas meja, seperti nastar dan putri salju. Seorang ibu dengan penuh cinta dan keahlian mempersiapkan hidangan khas Lebaran seperti opor ayam, rendang, dan lain sebagainya.

suasana genduren setelah sholat id (dokumen pribadi)
suasana genduren setelah sholat id (dokumen pribadi)

Pagi hari datang dengan kedamaian dan suara takbir yang menggema. Seluruh penduduk Dusun Gajah memilih pakaian terbaiknya untuk digunakan dan bergegas ke masjid untuk melaksanakan sholat ied. Setelah sholat ied berakhir, warga khususnya para laki-laki melaksanakan kenduri atau genduren. Kegiatan tersebut dibuka dengan do'a singkat dan dilanjutkan makan bersama di teras Masjid Baiturrahman, Dusun Gajah. "Tujuane genduren niku sodaqoh, ping pindo nyukuri lek wes bar posone. Ping telune didungakne keluargane ben tambah imane." Jelas Pak Karmidi.

Suara ledakan petasan saling bersautan setelah acara genduren selesai. Gulungan kertas yang tebal ditambah dengan bubuk mesiu, dirakit menjadi satu dan meledak jika diberi api. Sobekan kertas berhamburan di jalan dan semakin menambah suasana hari raya di Dusun Gajah. Sorak tawa dan antusias para warga mewarnai tradisi satu ini.

sungkeman (dokumen pribadi)
sungkeman (dokumen pribadi)

Setelah semua anggota keluarga berkumpul, hal yang dilakukan selanjutnya adalah sungkeman. Lebih dari sekedar ritual formalitas, sungkeman juga merupakan cara untuk menghargai dan memperkuat ikatan keluarga. Sungkeman adalah momen dimana yang lebih muda memohon maaf ke yang lebih tua. Anak-anak menempelkan dahi mereka ke tangan orang tua sembari menciumnya sebagai tanda penghormatan, sambal mengucapkan kata-kata permintaan maaf yang tulus dan penuh rasa. "Ora mbendino sungkeman ki iso di lakokne, yo pas bodo ngene ki kabeh mlumpuk trs podo nyuwun ngapuro kabeh." Kata Mak Asri, anggota tertua. "Aku seneng, mergakne pas bodo ki kabeh anak-anak lan cucu-cucu ki mlumpuk nang omahku." Tambah beliau.

foto bersama mak asri (dokumen pribadi)
foto bersama mak asri (dokumen pribadi)

Yang menjadi sorotan ketika Lebaran adalah berkunjung dari rumah ke rumah. Bertukar ucapan selamat Idul Fitri, saling memaafkan, dan berbagi kebahagiaan. Tuan rumah menyajikan aneka makanan khas Lebaran. Mempersilakan siapa saja untuk menyantapnya. Selain makanannya, biasanya tuan rumah akan menyiapkan thr untuk diberikan kepada anak-anak, tidak lain tidak bukan hal ini bertujuan mengajarkan anak-anak untuk mmembiasakan diri dalam hal berbagi dalam kebaikan serta melatih rasa bersyukur atas rezeki yang diberikan oleh Allah SWT.

foto bersama ketika berkunjung ke rumah saudara (dok.pribadi)
foto bersama ketika berkunjung ke rumah saudara (dok.pribadi)

Dengan adanya tradisi saling berkunjung ini, banyak manfaat yang diperoleh, diantaranya memaafkan dan mempererat tali silaturahmi. Jika bukan karena Lebaran, kecil resiko untuk saling berkunjung dan meminta maaf kepada sesama, oleh sebab itu, masyarakat memanfaatkan momen lebaran ini dengan sebaik-baiknya. Saling memaafkan merupakan simbol persatuan, kedamaian, dan kasih sayang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun