Mohon tunggu...
Shofia Khairatun
Shofia Khairatun Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

penggiat sastra di waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Diajar Lelah, Dihajar Kesah

6 Oktober 2024   13:24 Diperbarui: 6 Oktober 2024   13:33 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oleh ibu, kami diajarkan omelan tanda hidup itu keras
Oleh bapak, kami diajarkan ada cara bersenda diantara tenggat yang
bergerayangan
Oleh kawan, kami diajarkan tak ada bulan kesepian, di sampingnya ada
bintang
Oleh guru, kami diajarkan lelap"

Si anak sibuk berintuisi,
dikata tugas bikin puisi perihal sekolah.

"Soal mukaram tak lagi dihirau
Apa zaman mengikis akhlak mereka?
Ujar tak hendak pandir, tapi di alam sebelah mondar-mandir
Lalu gerutu menyambut akibat sambil memuyu-muyu mata
Hanya sabar hati jadi ujung lading"

Si guru sibuk deklarasi,
kesah membaca tugas puisi murid-murid

tak sadar dirundung leluri


(17-6-23)

*Kamus Sastra

Bergerayangan: berkeliaran atau bergentayangan ke mana-mana (hendak mencopet, merampok, dan sebagainya) 

Mukaram: orang yang dimuliakan; orang yang dihormati

Pandir: bodoh; bebal 

Memuyu-muyu: menggosok-gosok (tentang mata) 

Lading: parang yang pendek dan agak lebar di tengah-tengah, matanya yang tajam melengkung ke luar 

Leluri: adat dan sebagainya yang turun-temurun dari nenek moyang; tradisi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun