Mohon tunggu...
Shoffan Maulana
Shoffan Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Universitas Airlangga

Tenaga Kependidikan Universitas Airlangga | Alumni Magister Sains Ekonomi Islam Universitas Airlangga | Anggota Kompartemen Pasar Modal HIPKA.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Transformasi UKM Indonesia di Masa Krisis, Semakin Adaptif atau Bertambah Kritis?

16 Oktober 2024   16:55 Diperbarui: 17 Oktober 2024   11:17 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita semua sudah bersepakat bahwa UKM adalah tulang punggung perekonomian Indonesia. Penelitian mengungkapkan bahwa 60% lebih PDB nasional berasal dari keringat UKM. 

Fakta tersebut secara tidak langsung menggambarkan bahwa UKM tidak hanya memberikan stabilitas bagi perekonomian dan penggerak Pembangunan ekonomi, namun juga menciptakan peluang bagi jutaan orang di seluruh wilayah Indonesia. 

Anatan & Nur (2023) mengatakan bahwa UKM memiliki peran yang cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dan menjadi fondasi utama bagi sebagian besar keluarga di Indonesia untuk mencukupi kebutuhan hidup (T. Tambunan, 2020). 

Oleh karena itu, dengan peran UKM yang begitu penting dan pengaruhnya yang besar, memahami tantangan serta bagaimana mereka melewati krisis ekonomi menjadi pengetahuan penting bagi masyarakat Indonesia agar lebih siap dan adaptif di masa mendatang.

Krisis Moneter 1997/98: Pelajaran dari Masa Lalu

Dalam krisis ekonomi tahun 1997-1998, beberapa UKM mampu bertahan dengan mengalihkan ke pasar domestik. Namun hal ini berbeda dengan sektor usaha yang menggunakan bahan baku impor. 

Beberapa sektor usaha yang mengandalkan bahan baku impor (baik perusahaan besar hingga UKM), mengalami kerugian yang cukup signifikan akibat dari depresiasi mata uang rupiah yang cukup tajam dan guncangan ekonomi global. Mereka terpaksa menggunakan bahan baku lokal (substitusi bahan baku) untuk bertahan meskipun kualitas produk menurun atau lebih rendah.

Diversifikasi dengan mengalihkan pasar ke wilayah domestik menjadi pilihan yang terbaik karena depresiasi mata uang lokal menyebabkan barang yang sama akan lebih terjangkau daripada barang impor yang sama. 

Selain itu, pada barang konsumen (Fast Moving Consumer Goods/FMCG) sehari-hari dapat dipenuhi di pasar lokal dengan memanfaatkan pengolahan langsung dari dalam negeri yang tidak terpengaruh dengan produk impor. 

Sedangkan Langkah substitusi dengan cara mengganti komponen impor dengan komponen lokal juga dapat menekan kerugian atas nilai mata uang yang terdepresiasi. Meskipun tidak semua dapat digantikan dengan komponen lokal, strategi substitusi dapat mengurangi kerugian yang terjadi di pasar lokal.

Fleksibilitas UKM memainkan peranan yang penting dalam ketahanan UKM terhadap krisis. Dari krisis tersebut setidaknya dapat kita pelajari bahwa ketergantungan atas produk serta komponen produksi dari luar negeri dapat mengintervensi ketahanan perekonomian. Sehingga semakin kecil ketergantungan terhadap komponen impor, maka semakin kecil pula dampak krisis terhadap perekonomian dalam negeri.

Krisis Keuangan Global 2008-2009: Gangguan dari Outsiders

Berbeda dengan krisis 1997/1998, Indonesia menunjukkan ketahanan yang relatif kuat selama krisis keuangan global 2008/2009. Perekonomian tetap tumbuh stabil di angka sekitar 4%, sebagian besar berkat kebijakan stimulus fiskal dan moneter yang tepat serta program transfer tunai yang membantu menjaga konsumsi dan stabilitas ekonomi di Indonesia. 

Selama krisis 2008/2009, UKM lebih berfokus pada pencarian dan pengalihan pasar baru ke negara-negara yang tidak terlalu terdampak atau beralih ke pasar domestik. Hal ini membantu mereka menjaga kelangsungan bisnis meskipun permintaan di pasar internasional menurun.

Selain itu, beberapa bisnis yang terdampak mengambil langkah mitigasi seperti mengurangi jumlah hari kerja untuk menghindari pemutusan hubungan kerja. Dengan langkah-langkah tersebut, UKM berhasil mempertahankan tenaga kerja mereka meskipun tekanan ekonomi bersifat global.

Di sektor perdagangan elektronik, baik Indonesia maupun Filipina lebih terlindungi dari dampak krisis dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara karena hubungan regional yang cukup baik dengan negara-negara seperti Singapura dan China. Ini menunjukkan bahwa integrasi dan kerjasama regional sangat penting dalam membantu UKM bertahan selama krisis.

Pandemi COVID-19: Tantangan Digitalisasi untuk Bertahan

Pandemi COVID-19 menghantam UKM dari berbagai sisi. Banyak UKM mengalami penurunan profitabilitas yang signifikan karena terbatasnya aktivitas ekonomi dan daya saing di sektor ekspor yang terus menurun. Penelitian Salim dkk. (2021) menunjukkan bahwa lebih dari 50% UKM di Indonesia mengalami penurunan nilai ekspor dan tingkat pekerjaan sejak pandemi. Namun, UKM yang sudah menggunakan teknologi digital terbukti lebih mampu bertahan dari efek gempuran pandemi. UKM yang beralih ke produksi alat kesehatan dan memanfaatkan platform e-commerce menunjukkan kemampuan adaptasi yang lebih baik karena peningkatan jumlah permintaan yang signifikan.

Namun di sisi lain, terdapat sekitar 81% UKM di Indonesia pada tahun 2020 belum mengalami digitalisasi sehingga menyebabkan UKM yang menggunakan media tatap muka akan otomatis babak belur ketika pemerintah membuat kebijakan melalui pembatasan transaksi tatap muka secara ketat melalui peraturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Fakta ini menunjukkan bahwa rendahnya literasi digital di kalangan pelaku UKM menyebabkan keterlambatan proses transformasi dan ketahanan mereka dalam menghadapi krisis. Penggunaan teknologi digital menjadi sangat penting di tengah pandemi COVID-19. Meskipun interaksi fisik tidak dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran virus, interaksi antara produsen dan konsumen tetap dapat berlangsung sehingga transaksi tetap berjalan meskipun terdapat beberapa kendala.

Pandemi COVID-19 secara tidak langsung mempercepat dan memaksa transformasi ke arah digitalisasi bagi UKM di Indonesia. Banyak UKM mulai mengadopsi teknologi digital untuk bertahan selama krisis. Studi oleh Kilay dkk. (2022) menunjukkan bahwa penggunaan layanan e-payment dan e-commerce berdampak positif pada kinerja rantai pasok UKM. Namun, penelitian ini juga menyoroti tantangan yang dihadapi UKM dalam proses digitalisasi, seperti rendahnya literasi digital dan akses teknologi yang terbatas.

Penelitian lain juga mengungkap bahwa tingkat pendapatan dan keterlibatan dalam bisnis memengaruhi adopsi teknologi digital oleh UKM di Indonesia selama pandemi. Semakin tinggi pendapatan dan keterlibatan dalam bisnis, semakin besar kemungkinan UKM untuk mengadopsi teknologi digital, terutama selama krisis seperti COVID-19. Digitalisasi juga memperkuat hubungan antara akses keuangan dan kinerja UKM, memungkinkan mereka meningkatkan produktivitas dan pendapatan, serta menyederhanakan proses bisnis seperti pengelolaan laporan keuangan.

Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Apakah Menjadi Solusi?

PEN merupakan diluncurkan oleh Pemerintah Indonesia saat pandemi Covid-19 yang bertujuan untuk memberikan bantuan finansial kepada para UKM yang terdampak. Dari total anggaran PEN sebesar Rp 655,1 triliun pada tahun 2021, sebanyak Rp 123,46 triliun dialokasikan untuk membantu UKM di seluruh Indonesia. 

Selain dukungan finansial, PEN juga digunakan untuk mendorong UKM agar mengadopsi teknologi baru. Misalnya, melalui kerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), UKM didorong untuk mengadopsi teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas mereka. 

Program ini terbukti cukup efektif di beberapa daerah, seperti Jawa Barat dan Jawa Timur, di mana banyak UKM yang mampu bertahan bahkan berkembang selama pandemi (Lucita dkk., 2022; Maksum dkk., 2020).

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Supari & Anton (2022) menunjukkan bahwa kombinasi subsidi bunga, restrukturisasi kredit, dan skema kredit baru adalah langkah yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan UKM di saat pandemi. 

Namun, penelitian tersebut juga mengungkap bahwa restrukturisasi kredit tanpa dukungan tambahan justru bisa melemahkan ketahanan UKM, karena hanya memperbaiki likuiditas jangka pendek tanpa meningkatkan profitabilitas. 

Oleh karena itu, dukungan pemerintah perlu diintegrasikan dengan intervensi lain, seperti pelatihan digital dan inovasi, agar benar-benar membantu UKM bertahan dan berkembang selama masa krisis.

UKM dan Ekspor: Peluang Besar, Tantangan Lebih Besar

Meskipun secara jumlah unit bisnis, UKM di Indonesia mendominasi, kontribusi mereka terhadap ekspor nasional masih sangat kecil. Sarma dkk. (2022) mengidentifikasi beberapa hambatan utama yang dihadapi UKM di Indonesia, termasuk kurangnya akses ke pasar internasional dan keterbatasan kompetensi pemasaran. 

Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa pendekatan pemasaran kewirausahaan (entrepreneurial marketing) berperan penting dalam meningkatkan daya saing UKM di pasar ASEAN. Dengan pendampingan yang tepat, diharapkan UKM dapat mengembangkan strategi pemasaran yang lebih inovatif dan interaktif, sehingga lebih siap bersaing di pasar regional dan internasional.

UKM Harus Lebih Adaptif dan Inovatif untuk Bertahan

Beberapa krisis selama lebih dari 20 tahun terakhir telah menunjukkan bahwa UKM di Indonesia berada dalam posisi yang mengkhawatirkan dan rentan berjatuhan. 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa digitalisasi, diversifikasi sumber daya/rantai pasok, serta dukungan pemerintah dalam hal regulasi dan pendampingan yang tepat adalah kunci utama bagi keberlangsungan dan daya saing UKM. 

Selain itu, dukungan finansial yang disalurkan pada dasarnya hanya dapat membantu kehidupan UKM secara jangka pendek atau hanya disaat keadaan genting (seperti krisis). 

Sedangkan agar UKM dapat berkelanjutan, jangka panjang, mandiri, dan naik kelas, diperlukan inovasi, pemasaran kewirausahaan, dan pengelolaan bisnis yang lebih baik melalui pemerintah sebagai regulator sehingga dapat memberikan suasana lingkungan yang memungkinkan bagi UKM untuk berkembang dan naik kelas.

Sumber referensi:

Anatan, L., & Nur. (2023). Micro, Small, and Medium Enterprises' Readiness for Digital Transformation in Indonesia. Economies, 11(6). https://doi.org/10.3390/economies11060156

Dewi, N. G., Ridhasyah, R., & Wibawa, T. A. (2023). Financial Access and MSMEs Performance during Pandemic COVID-19: The Moderating Role of Digitization. Journal of Developing Economies, 8(1), 144--152. https://doi.org/10.20473/jde.v8i1.36843

Gunawan, A. H., & Siregar, R. Y. (2009). Survey of Recent Developments. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 45(1), 9--38. https://doi.org/10.1080/00074910902836148

Kilay, A. L., Simamora, B. H., & Putra, D. P. (2022). The Influence of E-Payment and E-Commerce Services on Supply Chain Performance: Implications of Open Innovation and Solutions for the Digitalization of Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) in Indonesia. Journal of Open Innovation: Technology, Market, and Complexity, 8(3). https://doi.org/10.3390/joitmc8030119

Lucita, G., Arkam, N., & Muhammad, A. (2022). Evaluation of Public Policy Implementation: A Case Study of the National Economic Recovery Program Micro, Small and Medium Enterprises. KnE Social Sciences, 2022, 838--847. https://doi.org/10.18502/kss.v7i9.10983

Maksum, I. R., Sri Rahayu, A. Y., & Kusumawardhani, D. (2020). A social enterprise approach to empowering micro, small and medium enterprises (SMEs) in Indonesia. Journal of Open Innovation: Technology, Market, and Complexity, 6(3). https://doi.org/10.3390/JOITMC6030050

Salim, M. N., Susilastuti, D., & Astuty, P. (2021). Determinants of Indonesian MSME Exports and Their Performance during the Covid-19 Pandemic. Journal of Economics and Business, 4(3). https://doi.org/10.31014/aior.1992.04.03.379

Sarma, M., Septiani, S., & Nanere, M. (2022). The Role of Entrepreneurial Marketing in the Indonesian Agro-Based Industry Cluster to Face the ASEAN Economic Community. Sustainability (Switzerland), 14(10). https://doi.org/10.3390/su14106163

Supari, S., & Anton, H. (2022). The Impact of the National Economic Recovery Program and Digitalization on MSME Resilience during the COVID-19 Pandemic: A Case Study of Bank Rakyat Indonesia. Economies, 10(7). https://doi.org/10.3390/economies10070160

Tambunan, T. (2020). MSMEs in Times of Crisis: Evidence from Indonesia. Journal of Developing Economies, 5(2), 91. https://doi.org/10.20473/jde.v5i2.20848

Tambunan, T. T. H. (2021). Export of Indonesian MSEs and The Role of Partnership. Journal of Developing Economies, 6(2), 235. https://doi.org/10.20473/jde.v6i2.28747

Trinugroho, I., Pamungkas, P., Wiwoho, J., Damayanti, S. M., & Pramono, T. (2022). Adoption of digital technologies for micro and small business in Indonesia. Finance Research Letters, 45(March 2021), 102156. https://doi.org/10.1016/j.frl.2021.102156

Wijaya, A., Awaluddin, M., & Kurniawan, A. E. (2022). The Essence of Fuel and Energy Consumptions to Stimulate MSMEs Industries and Exports: An Empirical Story for Indonesia. International Journal of Energy Economics and Policy, 12(2), 386--393. https://doi.org/10.32479/ijeep.12645

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun