Mohon tunggu...
Shoffan Maulana
Shoffan Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Universitas Airlangga

Tenaga Kependidikan Universitas Airlangga | Alumni Magister Sains Ekonomi Islam Universitas Airlangga | Anggota Kompartemen Pasar Modal HIPKA.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Transformasi UKM Indonesia di Masa Krisis, Semakin Adaptif atau Bertambah Kritis?

16 Oktober 2024   16:55 Diperbarui: 17 Oktober 2024   11:17 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fleksibilitas UKM memainkan peranan yang penting dalam ketahanan UKM terhadap krisis. Dari krisis tersebut setidaknya dapat kita pelajari bahwa ketergantungan atas produk serta komponen produksi dari luar negeri dapat mengintervensi ketahanan perekonomian. Sehingga semakin kecil ketergantungan terhadap komponen impor, maka semakin kecil pula dampak krisis terhadap perekonomian dalam negeri.

Krisis Keuangan Global 2008-2009: Gangguan dari Outsiders

Berbeda dengan krisis 1997/1998, Indonesia menunjukkan ketahanan yang relatif kuat selama krisis keuangan global 2008/2009. Perekonomian tetap tumbuh stabil di angka sekitar 4%, sebagian besar berkat kebijakan stimulus fiskal dan moneter yang tepat serta program transfer tunai yang membantu menjaga konsumsi dan stabilitas ekonomi di Indonesia. 

Selama krisis 2008/2009, UKM lebih berfokus pada pencarian dan pengalihan pasar baru ke negara-negara yang tidak terlalu terdampak atau beralih ke pasar domestik. Hal ini membantu mereka menjaga kelangsungan bisnis meskipun permintaan di pasar internasional menurun.

Selain itu, beberapa bisnis yang terdampak mengambil langkah mitigasi seperti mengurangi jumlah hari kerja untuk menghindari pemutusan hubungan kerja. Dengan langkah-langkah tersebut, UKM berhasil mempertahankan tenaga kerja mereka meskipun tekanan ekonomi bersifat global.

Di sektor perdagangan elektronik, baik Indonesia maupun Filipina lebih terlindungi dari dampak krisis dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara karena hubungan regional yang cukup baik dengan negara-negara seperti Singapura dan China. Ini menunjukkan bahwa integrasi dan kerjasama regional sangat penting dalam membantu UKM bertahan selama krisis.

Pandemi COVID-19: Tantangan Digitalisasi untuk Bertahan

Pandemi COVID-19 menghantam UKM dari berbagai sisi. Banyak UKM mengalami penurunan profitabilitas yang signifikan karena terbatasnya aktivitas ekonomi dan daya saing di sektor ekspor yang terus menurun. Penelitian Salim dkk. (2021) menunjukkan bahwa lebih dari 50% UKM di Indonesia mengalami penurunan nilai ekspor dan tingkat pekerjaan sejak pandemi. Namun, UKM yang sudah menggunakan teknologi digital terbukti lebih mampu bertahan dari efek gempuran pandemi. UKM yang beralih ke produksi alat kesehatan dan memanfaatkan platform e-commerce menunjukkan kemampuan adaptasi yang lebih baik karena peningkatan jumlah permintaan yang signifikan.

Namun di sisi lain, terdapat sekitar 81% UKM di Indonesia pada tahun 2020 belum mengalami digitalisasi sehingga menyebabkan UKM yang menggunakan media tatap muka akan otomatis babak belur ketika pemerintah membuat kebijakan melalui pembatasan transaksi tatap muka secara ketat melalui peraturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Fakta ini menunjukkan bahwa rendahnya literasi digital di kalangan pelaku UKM menyebabkan keterlambatan proses transformasi dan ketahanan mereka dalam menghadapi krisis. Penggunaan teknologi digital menjadi sangat penting di tengah pandemi COVID-19. Meskipun interaksi fisik tidak dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran virus, interaksi antara produsen dan konsumen tetap dapat berlangsung sehingga transaksi tetap berjalan meskipun terdapat beberapa kendala.

Pandemi COVID-19 secara tidak langsung mempercepat dan memaksa transformasi ke arah digitalisasi bagi UKM di Indonesia. Banyak UKM mulai mengadopsi teknologi digital untuk bertahan selama krisis. Studi oleh Kilay dkk. (2022) menunjukkan bahwa penggunaan layanan e-payment dan e-commerce berdampak positif pada kinerja rantai pasok UKM. Namun, penelitian ini juga menyoroti tantangan yang dihadapi UKM dalam proses digitalisasi, seperti rendahnya literasi digital dan akses teknologi yang terbatas.

Penelitian lain juga mengungkap bahwa tingkat pendapatan dan keterlibatan dalam bisnis memengaruhi adopsi teknologi digital oleh UKM di Indonesia selama pandemi. Semakin tinggi pendapatan dan keterlibatan dalam bisnis, semakin besar kemungkinan UKM untuk mengadopsi teknologi digital, terutama selama krisis seperti COVID-19. Digitalisasi juga memperkuat hubungan antara akses keuangan dan kinerja UKM, memungkinkan mereka meningkatkan produktivitas dan pendapatan, serta menyederhanakan proses bisnis seperti pengelolaan laporan keuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun