Mohon tunggu...
Shoffan Maulana
Shoffan Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Universitas Airlangga

Tenaga Kependidikan Universitas Airlangga | Alumni Magister Sains Ekonomi Islam Universitas Airlangga | Anggota Kompartemen Pasar Modal HIPKA.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Transformasi UKM Indonesia di Masa Krisis, Semakin Adaptif atau Bertambah Kritis?

16 Oktober 2024   16:55 Diperbarui: 16 Oktober 2024   17:00 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fleksibilitas UKM memainkan peranan yang penting dalam ketahanan UKM terhadap krisis. Dari krisis tersebut setidaknya dapat kita pelajari bahwa ketergantungan atas produk serta komponen produksi dari luar negeri dapat mengintervensi ketahanan perekonomian. Sehingga semakin kecil ketergantungan terhadap komponen impor, maka semakin kecil pula dampak krisis terhadap perekonomian dalam negeri.

Krisis Keuangan Global 2008-2009: Gangguan dari Outsiders

Berbeda dengan krisis 1997/1998, Indonesia menunjukkan ketahanan yang relatif kuat selama krisis keuangan global 2008/2009. Perekonomian tetap tumbuh stabil di angka sekitar 4%, sebagian besar berkat kebijakan stimulus fiskal dan moneter yang tepat serta program transfer tunai yang membantu menjaga konsumsi dan stabilitas ekonomi di Indonesia. 

Selama krisis 2008/2009, UKM lebih berfokus pada pencarian dan pengalihan pasar baru ke negara-negara yang tidak terlalu terdampak atau beralih ke pasar domestik. Hal ini membantu mereka menjaga kelangsungan bisnis meskipun permintaan di pasar internasional menurun.

Selain itu, beberapa bisnis yang terdampak mengambil langkah mitigasi seperti mengurangi jumlah hari kerja untuk menghindari pemutusan hubungan kerja. Dengan langkah-langkah tersebut, UKM berhasil mempertahankan tenaga kerja mereka meskipun tekanan ekonomi bersifat global.

Di sektor perdagangan elektronik, baik Indonesia maupun Filipina lebih terlindungi dari dampak krisis dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara karena hubungan regional yang cukup baik dengan negara-negara seperti Singapura dan China. Ini menunjukkan bahwa integrasi dan kerjasama regional sangat penting dalam membantu UKM bertahan selama krisis.

Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Apakah Menjadi Solusi?

PEN merupakan diluncurkan oleh Pemerintah Indonesia saat pandemi Covid-19 yang bertujuan untuk memberikan bantuan finansial kepada para UKM yang terdampak. Dari total anggaran PEN sebesar Rp 655,1 triliun pada tahun 2021, sebanyak Rp 123,46 triliun dialokasikan untuk membantu UKM di seluruh Indonesia. 

Selain dukungan finansial, PEN juga digunakan untuk mendorong UKM agar mengadopsi teknologi baru. Misalnya, melalui kerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), UKM didorong untuk mengadopsi teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas mereka. 

Program ini terbukti cukup efektif di beberapa daerah, seperti Jawa Barat dan Jawa Timur, di mana banyak UKM yang mampu bertahan bahkan berkembang selama pandemi (Lucita dkk., 2022; Maksum dkk., 2020).

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Supari & Anton (2022) menunjukkan bahwa kombinasi subsidi bunga, restrukturisasi kredit, dan skema kredit baru adalah langkah yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan UKM di saat pandemi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun