Asma merupakan penyakit kronis tidak menular yang ditandai dengan penyempitan saluran napas. Gejala yang biasa dirasakan oleh penderita terkadang seperti batuk, sesak napas, dada terasa tertekan dan mengi.
Penyakit ini tidak bisa disembuhkan tetapi dapat dikontrol atau dikurangi gejala kekambuhannya. Hal ini bisa dilakukan dengan konsumsi obat-obatan dan disertai dengan terapi tambahan nonfarmakologis.
Terdapat berbagai macam terapi nonfarmakologis yang bisa digunakan, seperti senam asma dan teknik pernapasan Buteyko (Yosi, 2018). Metode yang cukup sering digunakan oleh tenaga medis untuk membantu terapi farmakologi yaitu dengan teknik pernapasan Buteyko.
Teknik pernapasan Buteyko ini ditemukan oleh seorang ahli fisiologi asal Rusia pada tahun sekitar 1950 oleh Konstatin Buteyko. Ia berpendapat bahwa masalah-masalah pernapasan disebabkan oleh naiknya frekuensi dalam bernapas atau dalamnya pengambilan napas (hiperventilasi). Selain mengurangi terjadinya masalah pernapasan, Buteyko ini diduga dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lisavina (2019) di wilayah Puskesmas Guguk Panjang, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan antara pengontrolan asma sebelum dan sesudah pelaksanaan pernafasan Buteyko.
Pada tahun yang sama, Haichang Zeng melakukan penelitian yang tersemat dalam jurnal yang berjudul “Buteyko breathing technique for obstructive Eustachian tube dysfunction: Preliminary results from a randomized controlled trial”. Ia mengungkapkan bahwa terdapat efek yang menguntungkan dari pemberian terapi tambahan pernafasan Buteyko.
Teknik pernafasan Buteyko ini sangat sederhana dan bisa dengan mudah kita lakukan. Dalam teknik ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu control pause dan maximum pause.
Ketika control pause anda hanya harus menahan napas sebisa mungkin sampai merasa perlu untuk bernapas dengan normal kembali. Sedangkan untuk maximum pause anda harus menahan napas selama mungkin (lebih lama dari tahap control pause) kemudian melakukan napas dengan normal.
Pertama, duduk tegak di kursi dengan nyaman. Usahakan berada di tempat yang tenang dengan suhu tidak terlalu tinggi maupun rendah. Kedua, bernapaslah secara normal beberapa menit.
Ketiga, hembuskan napas dengan rileks kemudian tahan napas. Gunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk menutup hidung ketika menahan napas.
Keempat, tahan napas sampai anda ingin bernapas lalu tarik napas dan bernapaslah secara normal selama 10 detik. Semua langkah harus diulangi beberapa kali. Untuk langkah-langkah berikutnya juga bisa lebih ditingkatkan durasi tahan napasnya.
Selamat mencoba!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H