Dewasa ini kasus yang berkaitan dengan gangguan makan semakin meningkat seiring dengan perkembangan zaman. Gangguan makan atau eating disorder dapat terjadi pada siapa saja tanpa melihat faktor usia, gender, maupun etnik.
Menurut Kristeller, sebagian besar penderita gangguan makan adalah wanita. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa laki-laki juga bisa terkena gangguan makan. Meskipun beberapa orang beranggapan bahwa menjaga pola makan dan bentuk tubuh itu lebih baik, namun ada juga sebagian orang yang mengaku merasa nyaman dengan kondisi tubuh mereka dan tidak memiliki intensi untuk menjaga pola makan serta bentuk tubuh mereka. Perlu kita ketahui bahwa kecenderungan untuk menerima kondisi tubuh apa adanya tanpa memiliki niatan untuk menjaga pola makan yang baik dan tepat dapat menyebabkan kesehatan seseorang terganggu atau bahkan mereka bisa terkena gangguan makan atau eating disorder.
Masih berkaitan dengan gangguan makan, apakah kalian pernah merasa bahwa terkadang kalian makan dalam porsi yang berlebihan dan tidak terkontrol atau mungkin kalian sering merasa bersalah setelah makan terlalu banyak tapi tidak berusaha untuk mengatasi rasa bersalah tersebut? Hal itu mungkin saja berkaitan dengan gangguan makan Binge Eating Disorder, lho!
Berbicara mengenai gangguan makan Binge Eating Disorder, sebenarnya apa sih Binge Eating Disorder itu?
Binge Eating Disorder (BED) merupakan gangguan perilaku makan dimana terjadi episode makan secara berlebihan tanpa adanya perilaku untuk mengontrol asupan makanan tersebut, seperti memuntahkan makanan atau penggunaan obat-obatan pencahar (APA, 2000).
Sedangkan menurut pendapat ahli lainnya, Binge Eating Disorder ditandai dengan lepas kontrol makan minimal sekali seminggu, rasa bersalah, makan hingga sangat kenyang, makan banyak meski tidak lapar, makan dengan sangat cepat, dan seringkali disertai dengan rasa malu atau stres dengan pola makan tersebut (Rooslain, 2013).Â
Dapat kita simpulkan bahwa Binge Eating Disorder adalah gangguan makan dimana penderita memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan dalam jumlah berlebih, tidak memiliki kontrol atas apa yang mereka konsumsi, dan biasanya penderita akan merasa malu atau setres terhadap kebiasaan tersebut, tetapi tidak memiliki niatan dan upaya untuk memperbaiki kebiasaan tersebut.
Binge Eating Disorder (BED) terbagi ke dalam empat tahapan, yaitu (Loubser, 2015) :
1. Membangun Ketegangan (Tension Build Up)
Binge eating disorder bisa dipicu oleh adanya ketegangan yang terbentuk dalam diri seseorang. Ketegangan tersebut biasanya muncul akibat perasaan cemas, tidak tenang, dan tidak nyaman. Perasaan-perasaan tersebut bisa jadi diketahui penyebabnya atau mungkin muncul tanpa sebab.
2. Melepas Ketegangan (Tension Release)
Agar seseorang mampu mencapai titik kelegaan, mereka akan mulai mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak dengan tujuan untuk menghilangkan ketegangan yang mereka rasakan. Namun, perlu kita ketahui bahwa perasaan lega tersebut hanya muncul untuk beberapa saat sebelum kita mengalami begah atau binge hangover.
3. Pasca Binge (Post Binge)
Pada fase ini seseorang akan mengalami rasa begah (kekenyangan). Tanda-tanda yang mungkin akan dirasakan adalah sakit kepala, mual, diare, serta kelelahan.
4. Awal Baru (New Beginning)
Di tahap ini penderita BED akan membuat resolusi untuk merubah pola makan serta berjanji kepada dirinya untuk menjaga kesehatan dan berupaya agar terbebas dari gangguan makan tersebut.
Kemudian apa saja faktor yang menyebabkan seseorang mengalami Binge Eating Disorder? Penyebab utama BED belum diketahui sampai sekarang, namun seperti tipe gangguan makan lainnya, BED disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor seperti riwayat gangguan makan dari keluarga, trauma masa lalu, stres interpersonal, perasaan negatif terkait berat badan, bentuk badan, dan makanan, pembatasan pola makan serta kebosanan
Salah satu faktor yang menjadi penyebab munculnya BED adalah standar kecantikan pada lingkungan sosial kita. Standar yang diciptakan untuk sebuah definisi kecantikan menjadikan orang-orang berlomba-lomba untuk memenuhi standar tersebut. Mungkin, sebagian orang sudah berusaha keras untuk memenuhi standar kecantikan tersebut, namun pada kenyataannya mereka tidak bisa. Hal ini bisa saja menjadi pemicu seseorang mengalami masalah psikologis seperti setres dan depresi yang pada akhirnya menyebabkan seseorang mengalami binge eating disorder karena mereka menganggap makan adalah cara yang tepat untuk menghilangkan setres.
Pada umumnya, penderita eating disorders adalah orang-orang yang memiliki kepercayaan diri yang rendah, perasaan tidak berdaya, dan perasaan tidak sebanding dengan orang lain. Banyak dari mereka berpikir bahwa makanan adalah sumber kenyamanan atau penghilang stress, sedangkan penurunan berat badan dianggap sebagai cara agar diterima oleh teman-teman dan keluarga (Rooslain, 2013). Dari pernyataan tersebut bisa kita simpulkan bahwa makanan dijadikan sebagai ‘pelarian’ untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi oleh penderita eating disorder.
Seperti yang bisa kita amati bahwa pengaruh lingkungan sosial serta trauma masa lalu yang belum sembuh memiliki dampak yang cukup signifikan bagi kondisi mental atau psikologis seseorang yang pada akhirnya dapat menjerumuskan seseorang pada suatu gangguan makan khususnya Binge Eating Disorder (BED). BED dapat menjadi faktor utama seseorang mengalami kenaikan berat badan yang mengarah pada obesitas dan komplikasinya, meliputi diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung, serta masalah lain pada sistem pencernaan, atau nyeri sendi dan otot. Gangguan makan tersebut bila dibiarkan dan tidak ada upaya untuk menyembuhkan dapat membahayakan kesehatan bahkan nyawa dari penderita.
Kemudian upaya pengobatan seperti apa yang tepat dan efektif untuk menyembuhkan penderita dari Binge Eating Disorder?
Secara garis besar upaya penyembuhan yang dilakukan terhadap penderita BED bertujuan untuk memperbaiki perilaku makan, meningkatkan rasa percaya diri, mengatasi masalah kesehatan lain yang muncul akibat BED, serta membantu penderita untuk memperoleh berat badan yang ideal. Metode yang bisa digunakan untuk menangani pasien penderita BED adalah psikoterapi, konsultasi psikologi, dan pemberian obat-obatan.
Beberapa upaya yang dapat membantu proses penyembuhan penderita BED yakni melalui Cognitive Behaviour Therapy (CBT) yang bertujuan membantu pasien dalam memahami penyebab munculnya gejala, melatih penderita dalam mengalihkan dorongan untuk makan dengan melakukan kegiatan lain, serta membantu pasien dalam mengendalikan emosi, mood, dan gangguan perilaku saat gejala BED berlangsung.
Dalam membantu pasien untuk meningkatkan kemampuan interpersonal seperti interaksi dengan keluarga, teman, dan orang-orang disekitarnya dapat dilakukan dengan melakukan Psikoterapi Interpersonal. Selain Psikoterapi, upaya pengobatan juga bisa dilakukan dengan menggunakan obat-obatan seperti lisdexamfetamin dimesylate, antiepilepsi topiramate, obat antidepresan guna meredakan gejala BED. Pengobatan terakhir yang penting dan perlu dilakukan dalam mengatasi masalah obesitas sebagai dampak dari gangguan makan BED pada penderita adalah membantu mereka dalam menjaga serta mengontrol berat badan dengan didampingi oleh tenaga medis.
Daftar Pustaka
Adrian, K. (2019). Binge Eating Disorder: Tanda-tanda, Penyebab, dan Penanganan. [Online].https://www.alodokter.com/binge-eating-disorder-tanda-tanda-penyebab-dan-penanganan
Goutama, I. L. (2016). Pendekatan Klinis Binge Eating Disorder. Cermin Dunia Kedokteran, 439(12), 1-4. http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/897
Loubser, J. (2015). Binge Eating: Breaking the Cycle A self-help Guide Towards Recovery. 2nd ed. Dublin: Feidhmeannacht na Seirbhise Slainte Health Service Executive. https://bodywhys.ie/wp-content/uploads/2017/02/BEDBookletUpload.pdf
Pradhana, A., & Handadaro, W. (2017). Hubungan Antara Kesadaran Diri dengan Kecenderungan Gangguan Makan Berlebihan Pada Remaja dengan Obesitas di Surabaya. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 6, 11-21. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jpkk2e618d014dfull.pdf
Rukmana, L. E. (2017) Kepercayaan Diri Pada Wanita Dewasa Awal Penderita Binge Eating. Jurnal Psikologi, 10(2), 6-8. https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/view/1780/0
Sempaga, C. A. (2021). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Makan pada Remaja. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 3(4), 661-668. https://doi.org/10.37287/jppp.v3i4.580
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H