Mohon tunggu...
shiva aljufri
shiva aljufri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ekonomi Syariah

Selanjutnya

Tutup

Book

Hati Suhita

29 Juni 2024   14:25 Diperbarui: 29 Juni 2024   15:19 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A.   Identitas Buku 

Judul                        : Hati Suhita 

Pengarang             : Khilma Anis

Penerbit                  : telaga aksara

Tahun terbit          : 2019

Ukuran buku         : 405 halaman, 14 x 20,5 cm

ISBN                       : 978-602-51017-4-8

B. Pembukaan 

"Hati Suhita" adalah novel karya Khilma Anis yang menceritakan kisah cinta yang rumit dan penuh lika-liku. Novel ini mengisahkan tentang Alina Suhita, seorang wanita muda yang cerdas dan penuh semangat. Suhita berasal dari keluarga terpandang yang memiliki tradisi kuat dalam menjaga kehormatan dan martabat keluarga.

KHILMA ANIS Lahir di jember, 4 oktober 1986. Khilma mengawali kemampuan menulisnya di majalah SUSANA (Suara Santri Assaidiyah) Tambakberas Jombang. Ia juga menjadi redaktur di majalah ELITE (Majalah Siswa Siswi MAN Tambakberas Jombang), dan menjadi Pemimpin Redaksi Majalah KRESIBA (Kreativitas Siswa Siswi jurusan Bahasa) di sekolah dan pesantren yang sama.

Pada tahun 2008, Khilma melahirkan Novel berjudul "Jadilah Purnamaku,Ning" (JPN) yang diterbitkan oleh penerbit Matapena Yogyakarta. Novel ini banyak digemari pembaca sampai masuk cetakan ketiga. Bersama rekan-rekan penulis Matapena, Ia juga menyusun buku panduan menulis berjudul "Ngaji Fiksi", yang berisi panduan menulis fiksi untuk pemula. Ia aktif di Komunitas Matapena sebagai pemateri dan fasilitator pada setiap pelatihan menulis fiksi dan nonfiksi yang diadakan di Pesantren dan Sekolah se-jawa Bali.

Khilma juga menulis novel Wigati; Lintang Manik Woro, sebuah novel tentang keris, Pesantren, dan dunia batin perempuan jawa, Novel ini sangat digemari pembacanya sampai tembus cetakan ketujuh.

Khilma menempuh pendidikan di jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah UIN sunan Kalijaga Yogyakarta. Di sana, ia bergiat di PMII dan Lembaga Pers Mahasiswa ARENA. Di samping menjadi wartawan kampus, Ia juga melahirkan banyak cerpen di majalah dan buletin ARENA, Diantaranya, Bukan Putri Pambayun, Lembayunh Senja, Karena Rindu Tak Pandai Bercerita, Bukan Gendari, Wigati, Lelaki Ilalang Dan Luka Perempuan Lajang. Ia juga menulis cerpen di media lainnya. Di antaranya Di Bawah Pohon Randu (Minggu Pagi), Kado Untuk Dawai (Majalah Sekar), Delima (Majalah Sekar), Dua Mutiara (Majalah Madina) Surabaya, Wening ( nu.or.id). Ia juga menulis beberapa naskah film independen, di antaranya, Annur dalam Lensa ( Jannur Film Community), film Kinanthi, (diproduksi oleh Dewan Kesenian Kudus). Istri dari Chazal Mazda ini juga pernah mengajar di Madrasah Aliyah Muallimay Kudus. Di sana, Ia membimbing Majalah KALAMUNA, dan menjadi penggerak komunitas Karya Ilmiah Remaja (KIR) yang mengantar murid-muridnya menjuarai lomba-lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional. Khilma juga menerbitkan antalogi cerpen bertajuk Sahabat Kedua, yang dituliskan oleh 44 penulis perempuan anak didiknya. Setelah itu, mereka membuat majalah grafis berjudul Nadira.

Karya-karya Khilma Anis ini lekat dengan suasana pesantren karena di sanalah Ia lahir dan tumbuh. Selama Mts, ia mondom di Pondok Pesantren Al-Amien Sabrang Ambulu Jember. Samasa Aliyah. ia nyantri di Pesantren Assaidiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Sepanjang kuliah. Ia mondok di Pesantren Ali Maksum komplek Gedung Putih Krapyak Yogyakarta. Ia menjadi cucu menantu Mbah KH. Turaichan Adjuri, Seorang Ahli Falak Kudus. Lalu sekarang, bersama keluarganya, Khilma mengelola pondok pesantren Annur, Kesilir Wuluhan Jember. Kecintaannya. pada dunia wayang, keris, serat, babad, dan cerita kolosal membuat tulisannya juga terasa khas berisi dunia batin Perempuan Jawa. Ibu dari Nawaf Mazaya dan Rasyiq Nibras ini juga merupakan guru sosiologi dan Bahasa Indonesia di Madrasah Aliyah Annur milik keluarganya.

Di tengah kesibukannya mengajar, menulis, dan merawat santri, penggemar wayang dalang ki Timbul ini juga menjalankan bisnis. Ia merupakan owner Toko Mazaya, pemilik penerbitan Mazaya Media, Sekaligus distributor resmi karya-karyanya yang sudah terbit, Novel Jadilah Purnamaku, ning, Wigati, dan Novel Hati suhita.

C. Sinopsis

Alina Suhita, perempuan dari trah darah biru pesantren dengan moyang pelestari ajaran Jawa, sejak remaja terikat perjodohan. Ketika hari pernikahan tiba, Gus Birru suaminya, menumpahkan kekesalan dengan tidak mau menggauli Suhita. Tinggal dalam satu kamar tapi tempat tidur terpisah sejak malam pertama pernikahan. Tanpa perbincangan apalagi kehangatan, namun bisa bersandiwara sebagai pasangan pengantin mesra ketika di luar.

Alina Suhita begitu patuh. Khas tawadhu' santri. Baginya, mikul duwur mendem jeru menjadi pegangan yang mutlak diterima dan dilakukan tanpa reserve. Gejolak hasrat seorang istri yang disambut penolakan terang-terangan suami, tepat ketika perempuan masa lalu suami muncul menjalin komunikasi layaknya sepasang kekasih, adalah penderitaan yang mengiringi konflik batinnya selama beberapa purnama.

Namun yang tersemat dalam nama Suhita, adalah kekuatan tiada bandingan. Suhita menelan semua getir itu sendirian. Merebahkannya di dalam sujud, menlantunkannya dalam ayat-ayat Tuhan yang ia hapal seluruhnya, juga tengadah doa di tempat orang-orang suci disemayamkan.

Mustika Ampal dan Pengabsah Wangsa, menjadi ujung dari kisah cinta rumit dan dramatis ini. Bahwa cinta adalah kesediaan total untuk menerima takdir serta melepaskan diri dari segala hal yang berpontensi memusnahkan bahagia.

D. Kelebihan dan Kekurangan Buku 

a. Kelebihan Novel "Hati Suhita"

*Kemampuan menggambarkan perempuan dalam budaya Jawa: Novel ini menampilkan perempuan dalam budaya Jawa dengan cara yang unik dan menarik.

*Penggunaan sudut pandang berbeda: Penulis menggunakan sudut pandang Alina Suhita, Gus Birru, dan Ratna Rengganis, sehingga pembaca dapat memahami berbagai perspektif.

*Menggambarkan perjuangan perempuan: Novel ini menampilkan perjuangan perempuan dalam menjalani kehidupan yang berkaitan dengan perjodohan dan ketabahan.

b. Kekurangan Novel "Hati Suhita"

*Penggunaan bahasa Jawa yang terlalu banyak: Novel ini menggunakan bahasa Jawa yang terlalu banyak, sehingga dapat sulit dipahami bagi pembaca yang tidak mengerti bahasa Jawa.

*Keterlambatan cerita: Cerita dapat terlambat karena penulis menggunakan banyak sudut pandang dan detail yang tidak diperlukan.

*Keterbatasan penggunaan bahasa Jawa: Penggunaan bahasa Jawa yang terlalu banyak dapat membuat cerita menjadi sulit dipahami bagi pembaca yang tidak mengerti bahasa Jawa.

E. Penutup

Novel Hati Suhita karya Khilma Anis, dibalut dengan berbagai nilai-nilai keagamaan, budaya, dan tradisi yang kental, menggambarkan dinamika kehidupan dalam masyarakat yang penuh dengan norma dan ekspektasi. "Hati Suhita" adalah cerita tentang cinta, pengorbanan, dan perjuangan untuk menemukan kebahagiaan sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun