“Excuse me.“
Seorang pria bule bertubuh tinggi besar muncul dari balik pintu lift yang terbuka, bersiap melangkah keluar. Langkahnya tersendat karena melihat saya, yang masih overwhelmed by the situation (baca: imigran udik), hendak menyerbu masuk lift.
Saya mengurungkan langkah saat itu juga, menyadari ketidaksopanan saya. Sementara pria bule itu ber-permisi ria, saya hanya tersenyum canggung.
Sorry. Excuse me. Please.
Banyak yang bisa saya katakan untuk menyahut ucapan si bule. But cat got my tounge.
Itu hari ke-2 saya menginjakkan kaki di tanah Paman Sam. Dua hari bertemu orang-orang Amerika di Homewood Suites, sebuah hotel di Plano, Texas.
Dan itu pertama kalinya saya menyadari bahwa orang-orang di sini ramah. Si pria bule tadi memang tidak mengumbar senyum saat meminta maaf. Tapi, itu tidak mengurangi rasa tulus dalam ucapannya. Dan mereka selalu bilang ‘excuse me’ kapan saja. Saat berpapasan di selasar supermarket dan seorang bule hendak lewat di depan saya yang sedang bengong memandangi barang-barang di rak, dia bilang ‘excuse me’. Padahal dia tidak mengganggu jalan saya, koridor di depan saya masih lebar. Kalau dia peranakan Jawa, mungkin dia akan berjalan setengah menunduk dengan tangan kanan melambai di depan badannya. Hehe.
Saya tidak pernah bilang ‘permisi’ saat melewati orang di selasar supermarket. Kecuali kondisi saat itu memaksa saya. Ketika troli seorang ibu menutupi jalan sehingga saya kesulitan lewat, misalnya.
Orang bilang, bangsa kita ramah dan bersahabat. Hm, murah senyum memang iya, saya setuju. Para bule ini tidak seroyal bangsa kita dalam membagikan senyum.
Tapi saya juga terkesan dengan ungkapan2 verbal keramahan orang-orang bule di sini.