Tiap sarapan pagi di ruang makan hotel, saya selalu disapa oleh seseorang. Entah oleh receptionist, the breakfast server, atau sesama tamu hotel.
“Morning!”
Selalu saya balas dengan bonus seulas senyum khas bangsa Asia.
Dari pengalaman saya menginap di hotel di beberapa kota di Indonesia, belum ada tuh pengalaman disapa ‘selamat pagi’ oleh sesama tamu saat sama-sama mengambil roti dari meja sarapan. Saya pun tak punya keinginan untuk menyapa duluan. Jadi begitulah, tindakan saya (mungkin) mencerminkan kebiasaan umum bangsa saya sendiri.
Lain waktu saat berbelanja di Walmart, saya belajar bentuk keramahan lain. Ketika saya mulai sibuk mengeluarkan barang dari troli, sang kasir menyempatkan diri untuk menyapa. “Hi. How are you?“
Awkward grin in my face for fellow American.
Sesudah transaksi selesai, karung belanjaan terangkut kembali ke troli, kami pun melangkah pergi. “Have a nice day.“ Kembali sang kasir merapal sapa.
More awkward grin from me.
Have a nice day. Have a great one. Have a good day. Selalu terdengar di akhir transaksi dengan mana pun.
Sekali lagi, etika verbal yang tidak biasa saya temui di puluhan konter kasir di Indonesia. Sekarang, saya mulai membiasakan diri tidak langsung kalap meraup belanjaan ke atas konter kasir. Saya sapa juga petugas di belakang meja kasir. Meskipun kalah cepat, karena memang tugas mereka to greet first, saya coba untuk mengeluarkan sesuatu dari pita suara saya. Walau sebatas ‘Hi’.
Di neighbourhood kami, yang merupakan satu kompleks housing dua tingkat yang disebut apartemen, memang tidak ada keguyuban seperti lazim dijumpai di perumahan Indonesia. Tidak ada arisan RT/RW, acara 17-an, senam aerobik ibu-ibu di taman komplek. Tidak ada juga sarapan bersama atau karaoke bareng seperti yang biasa saya alami di perumahan kami di Bintaro.