Mohon tunggu...
Shita Hapsari
Shita Hapsari Mohon Tunggu... -

Daydreamer. True believer.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Etika Bertukar Sapa

22 Agustus 2011   22:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:33 2593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang Amerika memang tidak terlalu tertarik berinteraksi untuk sekedar basa-basi. Tidak ada kewajiban rukun tetangga seperti di Jawa karena kepercayaan ‘tangga kuwi sedulur sing paling cedhak‘. Mereka saling menghormati dan saling percaya, dan saya yakin tidak ragu untuk menolong saat kita membutuhkan mereka. Tapi minus basa-basi pergaulan.

Saya rasa salah satu sebabnya juga karena tidak adanya aktivitas pagi maupun sore hari di luar apartemen. Di kompleks saya di Bintaro, dan di perumahan mana pun di Indonesia dimana iklim masih tropis, tiap pagi maupun sore hari, pasukan ibu dan bayi, babysitter dan bayi, maupun anak-anak biasanya keluar rumah untuk jalan-jalan sambil bersuap-suapan, bermain, atau bersepeda.

Not in here. It’s so hot, people reluctant to come outside. Texas boils during summer. (Hopefully spring brings another story).

Tak ada aktivitas di luar rumah, tak ada sosialisasi.

Kembali ke masalah etika bertukar sapa. Saya jadi memikirkan padanan kata ‘how are you’ dan ‘have a good day’ dalam bahasa Indonesia.

‘How are you’ memang mempunyai arti ‘apa kabar’, ‘bagaimana kabarmu’ secara harfiah. Namun bila ia dikatakan saat pertama kali bertemu, terutama oleh orang yang tidak kita kenal, sebenarnya ia hanya bentuk basa-basi saja. Orang yang mengatakannya tidak benar-benar ingin tahu keadaan kita. Apalagi kalau ia kasir Walmart. Sama halnya dengan ungkapan ‘how do you do’. Ungkapan yang terakhir ini mungkin-saya rasa-lebih umum dipakai dalam British English.

Saya pernah belajar bahwa balasan ujaran ‘how do you do’ adalah (juga) ‘how do you do’. Karena itu tadi, that doesn’t necessarily mean a thing. Saya rasa hal yang sama berlaku untuk ‘how are you’. Namun, seringkali orang masih menyelipkan jawaban ‘fine’ atau ‘great’ sebelum mereka membalas ‘how are you’ kembali.

Nah, Indonesia memang tidak mengenal kalimat sapaan abal-abal seperti ini. Jika orang bertanya ‘apa kabar’, biasanya mereka memang serius menanyakannya dan mengharapkan jawaban, sesimpel apapun. Karena itulah, tidak pernah kita jumpai seorang kasir supermarket menyapa kita sebelum menghitung belanjaan: ‘Halo, apa kabar, Bu?’

That would be creepy for some people, I imagine. Saya pasti akan bengong dan mengingat-ingat apakah saya kenal dengan mbak kasir ini sampai dia bertanya sedemikian rupa pada saya.

Paling banter kita akan disapa ‘Selamat pagi, Bu’. Itu pun tidak semua. Biasanya hanya customer service atau resepsionis yang bela-belain menyapa kita seperti itu. Karena itu bagian dari wujud pelayanan prima yang coba mereka berikan pada konsumen.

Dan untuk kalimat ‘have a good day’ – ‘miliki hari yang indah’, ‘semoga jadi hari yang baik’? Jelas mereka bukan ujaran lazim sehari-hari untuk bangsa kita. Kecuali bila dikatakan oleh seseorang yang memang serius mengharapkan demikian bagi lawan bicaranya, kemungkinan setelah lawan bicaranya itu curhat atau menceritakan persoalan pribadinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun