Sejak awal masa pandemi Covid-19 di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saat itu mulai menerapkan pembelajaran daring dari rumah masing-masing. Di masa pandemi Covid-19 ini pembelajaran daring dilaksanakan untuk meminimalisasi penyebaran virus tersebut.
Dalam pembelajaran siswa, selain guru, orang tua pun mempunyai peran yang sangat penting. Menurut Kabalitbang dan Perbukuan (2020), orang tua mempunyai peranan yang cukup sentral di dalam pelaksanaan pembelajaran dari rumah. Hampir 90% orang tua melakukan pendampingan belajar terhadap anaknya di rumah pada seluruh jenjang pendidikan. Â
Dalam proses pembelajaran di rumah, tak jarang anak-anak mengalami kesulitan dalam belajarnya. Misalnya saja pada jenjang PAUD/TK ataupun jenjang SD/MI, seorang anak bisa saja mengalami kesulitan dalam membaca (dysleksia learning), kesulitan dalam menulis (dysgraphia learning), kesulitan dalam menghitung (dyscalculia learning), ataupun kesulitan belajar lainnya.
Dalam hal ini, orang tua pun perlu mengenali terlebih dahulu apakah anaknya mengalami kesulitan belajar atau tidak. Jika ternyata teridentifikasi adanya kesulitan belajar pada anak, orang tua mempunyai peran yang sangat penting untuk membantu sang anak dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialami. Â
Lantas bagaimana cara untuk mengenali apakah seorang anak mengalami kesulitan belajar atau tidak?
Dalam mengidentifikasi kesulitan belajar pada anak, orang tua dapat melihat beberapa gejala seperti nilai mata pelajaran anak yang naik turun, lamban dalam mengerjakan tugas, sulit untuk duduk tenang dalam waktu yang lama ketika belajar atau mudah terganggu saat belajar, tidak memiliki motivasi untuk belajar hingga mudah untuk menyerah, prestasi belajar yang rendah, dan gejala lainnya yang menunjukkan bahwa seorang anak mengalami kesulitan dalam belajar.
Dalam hal ini, orang tua mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh sang anak. Berikut merupakan cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak.
1. Menyiapkan lingkungan belajar yang nyaman untuk anak. Dalam hal ini, jika lingkungan belajar bersih, terang atau cukup cahaya, tidak bising, dan kebutuhan belajar sudah terpenuhi, sang anak dapat merasa nyaman dalam belajar. Dengan lingkungan belajar yang nyaman, sang anak tidak akan mudah terganggu ketika belajar.
2. Melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar anak. Dalam hal ini, orang tua bisa memantau kegiatan-kegiatan anak misalnya ketika belajar ataupun bermain. Waktu belajar anak juga diperhatikan, kapan sebaiknya anak mulai untuk belajar dan dalam jangka berapa lama waktu belajarnya. Hal ini ditujukan agar sang anak mempunyai jadwal yang teratur dan menjadi disiplin. Anak yang merasa sulit belajar misalnya tidak bisa duduk tenang dalam waktu yang lama untuk belajar bisa dibiasakan belajar dengan jadwal teratur di dalam pemantauan orang tua.
3. Memberi bimbingan pada anak. Sebagai contoh, terdapat seorang anak yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca. Dalam hal ini, orang tua dapat membantu mengatasi kesulitan tersebut dengan membimbing anak untuk berlatih mengeja huruf hingga berlatih membaca buku yang disukai oleh sang anak. Jika dilakukan secara rutin insya Allah kesulitan tersebut akan teratasi.
4. Memanfaatkan media pembelajaran berdasarkan hal yang disukai anak. Misalnya jika seorang anak mudah bosan ketika belajar, dan hal yang disukainya adalah menonton video melalui YouTube, orang tua bisa mencoba mengarahkan anak untuk menonton berbagai video edukasi yang menarik di YouTube dan tentunya mempunyai keterkaitan dengan materi pelajaran di sekolah. Dengan belajar melalui video pembelajaran yang menarik, sang anak tidak akan mudah merasa bosan dalam belajar.