Oleh karena itu, tidur yang abnormal tidak hanya menjadi gejala psikosis namun juga mempengaruhi perkembangan, manifestasi, dan keberulangan psikosis itu sendiri.Â
Prevalensi gangguan tidur, yang biasanya dinilai dengan kuesioner yang dilaporkan sendiri (misalnya Pittsburg Sleep Quality Index/PSQI), adalah lebih kurang 25 persen pada populasi umum.Â
Pada individu dengan psikosis, beberapa penelitian melaporkan persentase prevalensi gangguan tidur yang lebih tinggi yaitu 21 hingga 100 persen.Â
Dilansir dari JAMA Psychiatry, sebuah tinjauan sistematis dan metaanalisis yang melibatkan 5135 orang pasien dari 21 penelitian, menunjukkan prevalensi gangguan tidur adalah 50 persen. Tinjauan ini juga menunjukkan gangguan tidur adalah gejala umum di sepanjang perjalanan psikosis pasien. Pada setiap tahap psikosis, terjadi abnormalitas tidur yang sama maupun berbeda dalam hal kualitas maupun kerangkanya.Â
Dari hasil penelitian yang penting ini, diketahui tidur haruslah menjadi target terapi utama  dan tidur harus menjadi domain penelitian mulai dari keadaan seseorang yang beresiko psikosis hingga tahap awal psikosis dan psikosis kronis.Â
Tidur dan kesehatan mental
Istilah kurang tidur artinya waktu tidur yang kurang dari yang dibutuhkan. Kebutuhan waktu tidur ini berbeda-beda, tergantung usia.Â
Berdasarkan penelitian National Sleep Foundation, orang dewasa rata-rata membutuhkan waktu tidur sehari 7-9 jam pada malam hari dan anak remaja membutuhkan waktu tidur yang lebih panjang yaitu 8-11 jam. Â
Balita dan anak prasekolah (3-5 tahun) butuh waktu tidur lebih banyak lagi yaitu 10-13 jam. Batita 1-2 tahun perlu tidur 11-14 jam, bayi 4-11 bulan butuh waktu tidur 12-15 jam, dan bayi baru lahir (0-3 bulan) butuh tidur selama 14-17 jam.Â
Dilansir dari situs pusat terapi Montare Behavioral Health, peneliti tidur di Sleep and Circadian Neuroscience Institute dan Universitas Oxford menemukan gangguan tidur adalah faktor pemicu paranoia, halusinasi, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya.Â
Dahulu insomnia disebut sebagai salah satu gejala depresi, namun sekarang insomnia lebih dipandang sebagai penyebab depresi dan gangguan mental lainnya. Ada kaitan erat antara tidur dan kesehatan mental. Kurang tidur mempengaruhi kesehatan mental dan kesehatan mental juga mempengaruhi kualitas tidur.Â