Dari segi rasa, Tupai King lebih pahit dan tidak semanis Musang King. Warna dagingnya memiliki sedikit warna memar kehijauan, bahkan dalam kondisi buah tidak terlalu terfermentasi.Â
Chew Chee Wan adalah petani durian dan pemilik kedai durian "Cap Tupai" adalah orang yang pertama membudidayakan Tupai King.Â
Pria berusia 56 tahun ini juga telah mensertifikasi varietasnya ini pada Institut Riset dan Pengembangan Agrikultur Malaysia dengan nama varietas TUPAI 226.
Chew membudidayakan Tupai King di kebun seluas 6,5 kali luas lapangan bola di Sungai Ara, Pulau Pinang, Malaysia. Ia sendiri telah membudidayakan durian sejak tahun 2004.
Durian yang masih jumlahnya terbatas ini tidak selalu dapat dipajang di tokonya karena tergantung musim. Sejak panen tahun 2022, setiap musimnya hanya ada sekitar 1000 durian yang bisa dihasilkan. Â
Chew menerangkan kalau buah Tupai King yang berkualitas tinggi lebih cepat dipanen bila varietas ini dicangkokkan pada batang pohon durian yang sudah tua. Buah dapat dipanen setelah pohon cangkokan ini berusia tiga setengah tahun, sedangkan bila dari biji harus menunggu hingga 25 tahun.
Ia mulai memasarkan Tupai King dan menjual anakannya hanya di tahun 2022. Ia juga membagikan benihnya dengan beberapa orang teman petani, namun semuanya masih belum berbuah.
Karena kelangkaannya saat ini  harga Tupai King pun sangat premium. Chew menjualnya seharga Rp 440 ribu perkilogram. Satu durian Tupai King dapat mencapai berat 3 kilogram.
Berdasarkan laju kultivasi, para ahli memperkirakan butuh 5 hingga 10 tahun lagi untuk pasar Singapura menikmati cita rasa Tupai King.
Menjawab pertanyaan tentang keaslian Tupai King saat ini di Singapura, Chew pun dengan yakin mengatakan, "Saya berani katakan Tupai King yang ada di Singapura bukan Tupai King saya yang asli. Tupai King saya belum diekspor ke Singapura".Â
Keaslian di balik berbagai nama varietas premium